Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Konflik Iran Vs Israel

Dampak Perang Iran-Israel

SERANGAN pre-emtive Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025) telah mengakibatkan kerusakan dan meninggalnya salah satu petinggi IRGC. 

|
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
KONFLIK IRAN VS ISRAEL - Sugeng Budiharsono (batik) dan Lalu Niqman Zahir pendiri dan peneliti senior NAISD 

Oleh: Sugeng Budiharsono dan Lalu Niqman Zahir

Pendiri dan peneliti senior NAISD

SERANGAN pre-emtive Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025) telah mengakibatkan kerusakan dan meninggalnya salah satu petinggi IRGC

Hanya berselang beberapa jam, Iran merespon serangan tersebut dengan mengirim drone dan rudal hipersonik yang mengakibatkan kerusakan markas komando dan situs militer Israel, serta kaburnya Benyamin Netanyahu.

 

Serang menyerang antara Iran-Israel tidak dapat diketahui kapan berakhir. 

Padahal, sejatinya Iran, Israel, dan Amerika Serikat adalah tiga serangkai kawan rahasia sejak era Shah Iran (Economictimes, 13/06/2025).

Trita Parsi (2007), menjelaskan dalam bukunya "Treacherous Alliance: The Secret Dealings of Israel. Iran and the United States", bahwa penyebab permusuhan tersebut antara lain adalah persaingan atau perebutan pengaruh di Timur Tengah. 

Perubahan geopolitik di Timur Tengah terjadi pada saat proxy-proxy Iran menjadi semakin kuat, seperti Houthi di Yaman, Hisbullah di Lebanon, dan rezim Bashar al-Assad di Suriah. 

Sementara di sisi lain peran Israel semakin rontok sejak perang Gaza  pada 7 Oktober 2023 sampai sekarang.

Perang Gaza sebenarnya perang multi-front, karena Hisbullah dan Houthi membantu Gaza.

Perang di Gaza juga semakin membuka kedok Israel sebagai pelaku genosida di Gaza, dan kehebatan IDF dan alutsista Israel hanyalah mitos belaka. 

Apalagi setelah Amnesty International (2024), dan University Network for Human Rights (2024) dalam The UNHR report (2024), menyatakan Israel sebagai pelaku genosida di Gaza, mengakibatkan Israel dikucilkan negara- negara di seluruh dunia. 

Hal ini menyebabkan posisi geopolitik Israel semakin sulit.

Konflik Iran-Israel dengan skala lebih besar yang yang terjadi tanggal 13/06/2025 tersebut telah menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, bahwa konflik tersebut dapat membakar seluruh Timur Tengah, yang merupakan sumber energi dunia. 

Akibatnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, harga minyak dunia langsung naik. Harga minyak mentah Brent naik lebih dari 10 persen dibandingkan harga Januari 2025. 

Setelah lonjakan awal, harga minyak sedikit menurun. Namun, minyak mentah Brent masih mengakhiri hari dengan harga 7 persen lebih tinggi dari harga penutupan Kamis, diperdagangkan pada $74,23 per barel (Peter Hoskins, BBC News, 14/6/2025).

Harga saham di seluruh Asia dan Eropa pada hari Jumat juga anjlok. 

Indeks saham Nikkei Jepang ditutup turun 0,9 persen, sementara indeks FTSE 100 Inggris ditutup turun 0,39%.
Pasar saham di AS juga ditutup turun.

Dow Jones Industrial Average turun 1,79% sementara S&P 500 turun 0,69%. 

Aset yang disebut "safe haven" seperti emas dan franc Swiss mengalami kenaikan. 

Beberapa investor melihat aset ini sebagai investasi yang lebih dapat diandalkan di masa ketidakpastian.

Harga emas mencapai level tertinggi selama hampir dua bulan, naik 1,2% menjadi $3.423,30 per ons (Peter Hoskins, BBC News, 14/6/2025).

Konflik Iran-Israel ini akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia jika berlangsung lama. 

Karena jika Iran melakukan blokade di Selat Hormuz maka akan dapat menghambat 20% rantai pasok energi dunia.

Apalagi kalau sampai membakar seluruh Timur Tengah, tentu dampaknya akan sangat dahsyat.

Tulisan ini  menguraikan dampak konflik Iran-Israel terhadap perekonomian dunia dan Indonesia apabila berlangsung lama.

Dampak terhadap Perekonomian Dunia

Kondisi perekonomian dunia saat ini saja sedang mengalami tekanan akibat terjadinya perang Rusia-Ukraina, dan pengenaan tarif oleh Trump. 

Perang Rusia-Ukraina telah mengganggu pasokan energi dan pangan dunia. 

Sedangkan Trump telah memperlakukan tarif kepada 160 negara di dunia menyebabkan ekonomi dunia semakin tertekan. 

Apalagi bila konflik Iran-Israel  berlangsung lama, maka akan lebih membebani perekonkmian dunia.

Pada tanggal 22 April 2025 waktu Washington DC, IMF melakukan konferensi pers terkait World Economic Outlook edisi April 2025. 

Pada edisi tersebut IMF membuat judul laporannya "A Critical Junction amid Policy Shifts". 

Laporan tersebut sudah mempertimbangkan pengenaan tarif oleh Presiden Donald Trump terhadap 160 dunia, yang telah mengakibatkan goncangan perekonomian dunia, baik dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Proyeksi IMF tentang pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 sebesar 2,79%, turun sebesar 0,5?ri tahun sebelumnya. 

Namun pada tahun 2026 akan meningkat kembali menjadi 2,96%.

Di negara-negara Uni Eropa, pertumbuhan ekonomi sebesar 1,16% di tahun 2025, atau meningkat sebesar 0,04?ri tahun sebelumnya.

Demikian juga dengan tahun 2026 meningkat menjadi 1,48%. 

Sedangkan untuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN-5, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2025 sebesar 3,97%, atau menurun sebesar 0,66?ri tahun sebelumnya. 

Namun pada tahun 2026 terjadi peningkatan yang relatif kecil, menjadi sebesar 3,89%. 

Dari data tersebut menunjukkan bahwa ASEAN terkena dampak cukup parah dengan adanya kebijakan tarif dari Trump.

Laju pertumbuhan ekonomi akan semakin  tertekan bila perang Iran-Israel terus berlanjut.

Pertumbuhan ekonomi dunia, baik di negara-negara maju maupun ASEAN-5 akan semakin tertetekan. Inflasi pada aras dunia yang mencapai 4,94% pada tahun 2024, dan diperkirakan akan terus meningkat. 

Demikian juga di negara-negara maju maupun ASEAN-5 (IMF, 2025).

Dampak terhadap Perekonomian Indonesia

Dampak pengenaan tarif oleh Trump kepada Indonesia sangat signifikan. 

Pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir di atas 5,0%, akan terjadi penurunan.

IMF memprediksikan perekonomian Indonesia pada tahun 2025 hanya sebesar 4,65% atau turun sebesar 0,35%. Sedangkan pada tahun 2026, pertumbuhan ekonomi hanya meningkat menjadi 4,67%. 

Penurunan laju pertumbuhan ekonomi tidak hanya dialami Indonesia, tapi juga terjadi pada India dan China. 

Pertumbuhan India pada tahun 2025 masih tinggi yaitu sebesar 6,20%, atau menurun sebesar 0,26?ri tahun sebelumnya. Pada tahun 2026 terjadi peningkatan kecil, menjadi 6,27%. 

Sedangkan bagi China dampak tarif Trump ini sangat merugikan. 

Pada tahun 2025 pertumbuhan ekonomi diprediksikan oleh IMF sebesar 3,95%  atau turun sebesar 1,05?ri tahun sebelumnya. Demikian juga pada tahun 2026 pertumbuhannya hampir stagnan, yaitu hanya sebesar 3,96%.

Perang panjang Iran-Israel akan lebih menekan pertumbuhan ketiga negara tersebut. 

Dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia mulai dari pengurasan devisa yang lebih besar untuk mengimpor migas. Impor migas setelah Covid-19 di tahun 2022 semakin meningkat dari tahun sebelumnya. Impor migas di tahun 2022 sebesar 40,4 milyar dollar AS atau 17,02?ri total impor.

Namun di tahun 2024, Impor menurun menjadi 36,3 milyar dollar AS atau sebesar 15,52?ri total impor. 

Peningkatan harga minyak dunia, akan meningkatkan nilai impor migas tersebut.

Peningkatan harga minyak dunia, akan berdampak pada peningkatan harga jual BBM di dalam negeri. 

Bagi Indonesia, tidak ada peningkatan harga minyak dunia pun, seringkali harga BBM dinaikkan, seperti yang terjadi di era Jokowi. 

Apalagi, jika harga minyak dunia meningkat. 

Dampak peningkatan harga BBM akan memberatkan rakyat, karena harga hampir semua barang akan semakin meningkat. 

Akhirnya akan terjadi inflasi. Daya beli masyarakat menjadi tertekan. Harga BBM juga akan mengurangi daya saing produk barang dan jasa yang dihasilkan, karena membengkaknya biaya produksi. 

Pada akhirnya kondisi ini tentu akan memperlambat pertumbuhan perekonomian Indonesia. 

Hal ini tentu akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan IMF edisi April 2025. 

Pemerintah harus mengantisipasinya dengan mengoptimalkan subsidi BBM agar tepat sasaran, serta mempercepat transisi ke energi terbarukan dan energi hijau. 

Selain itu pemerintah juga harus melakukan peningkatan efisiensi di berbagai sektor. 

Dimulai dengan perampingan kabinet, serta segera mereshuffle anggota kabinet yang tidak perform kinerjanya dan terindikasi kasus hukum. 

Hal lain yang perlu segera dilakukan adalah pemberantasan korupsi kelas kakap tanpa pandang bulu, untuk menurunkan ekonomi biaya tinggi dan meningkatkan iklim investasi yang kondusif bagi para investor. 

Bagi dunia usaha perlu meningkatkan efisiensi produksi agar daya saing tetap tinggi. 

Peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi hemat energi. 

Bagi masyararakat perlu mempererat ikat pinggang dengan membeli yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Dalam kondisi seperti ini pemerintah tetap harus dapat menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan. Agar masyarakat tetap aman dan tentram. 

Seperti pepatah Jawa yang berbunyi "wong ngelih pikirane ngalih" Artinya orang yang perutnya lapar, pikirannya beralih. Yang dikhawatirkan adalah pikirannya beralih ke arah perbuatan yang buruk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

Semoga konflik Iran-Israel ini tidak berlangsung lama. Sehingga tidak mengganggu perekonomian dunia maupun kehidupan masyarakatnya. (*) 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved