Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Jangan Asal Kabur Aja Dulu, Tunggu Hasil Danantara

Kabur aja dulu tanpa mengenal negara tujuan merupakan tindakan konyol, riset pribadi tentang negara yang dituju sangat diperlukan.

Editor: Suut Amdani
Tribunnews/Jeprima
PELUNCURAN DANANTARA - Presiden Prabowo Subianto didampingi Wapres Gibran Rakabuming Raka bersama Presiden ketujuh Joko Widodo, Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono, Wapres ke-13 Ma'ruf Amin, Wapres ke-12 Jusuf Kalla, Wapres ke-11 Boediono, Menteri BUMN Erick Thohir serta Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan Roeslani meluncurkan secara simbolis badan pengelola investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2025). Presiden Prabowo mengatakan bahwa Danantara sebagai dana kekayaan Negara atau sovereign wealth fund Indonesia itu akan mengelola aset senilai lebih dari 900 miliar dolar AS, dengan proyeksi dana awal mencapai 20 miliar dolar AS. Tribunnews/Jeprima 

Oleh:  Xavier Quentin Pranata, penulis buku dan kolumnis.

TRIBUNNEWS.COM - Ajakan #KaburAjaDulu makin meluas setelah sejumlah media memberitakan berita PHK massal. 

Salah satu judul beritanya begini: “2.072 Buruh Pabrik Nangis Histeris usai di-PHK, Cuma Dikasih Tahu Lewat Pesan Singkat Sehari Sebelumnya.” 

Ajakan untuk bekerja di luar negeri dengan #KaburAjaDulu mendapat respon luas dari berbagai kalangan. 

Detik.travel menurunkan artikel berjudul “Gaduh #KaburAjaDulu di Antara Warganet RI Disorot Media Asing”. Ada yang langsung merespon dan membuka tangan lebar-lebar. “Jepang Respons Ajakan Kerja di LN #KaburAjaDulu yang Marak di RI” judul berita CNN.

Setiap artikel yang membahas #KaburAjaDulu selalu diserbu komentar dari netizen baik yang iseng, kritikan pedas maupun masukan yang masuk akal. 

“Seharusnya indonesia malu, dengan pajak tinggi tapi dari dulu tidak bisa memanjakan rakyatnya dengan fasilitas yang seharusnya rakyat nikmati, dan rakyat tidak akan mengeluh kalo apa yang telah dikeluarkan sesuai dengan harapan, tapi yang selalu didengar rakyat adalah hak rakyat yang dikorup oleh oknum tertentu yang di mana pemerintah pun belum sanggup memberantas dan mengatasinya, semoga Indonesia ke depannya lebih baik dan apa yang jadi hak rakyat benar-benar bisa untuk rakyat,” demikian komentar Riono Ismoyo.

“PT SANKEN Juni ini juga akan tutup produksi” tulis sakerep_nya dengan nada pesimis bahwa akan semakin banyak PHK massal di tanah air dan dengan demikian #KaburAjaDulu bisa menjadi salah satu—kalau tidak satu-satunya—alternatif untuk bertahan hidup.

“Di Jepang kita menghadapi masalah demografi. Jadi, kita menyambut pekerja yang punya keahlian dari banyak negara. Warga Indonesia sangat istimewa. Karena, kita punya tradisi persahabatan yang panjang dan banyak pekerja di Indonesia merupakan pekerja keras di Jepang. Jadi, misi saya meningkatkan jumlah orang-orang itu,” ujar Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi, ke awak media dalam acara peringatan Ulang Tahun Kaisar Jepang atau National Day Reception di Hotel St Regis, Jakarta Selatan, Kamis (20/2) malam. (CNN).

Angin dari surga itu perlu diantisipasi dengan baik agar tidak masuk angin. "Kalau kamu tidak terlalu terikat dengan negara ini, pertimbangkan benar-benar untuk #KaburAjaDulu. Serius," tulis pengguna X, Petra Novandi seperti dikutip detik.travel.

lihat fotoXAVIER QUENTIN PRANATA - Foto profil Xavier Quentin Pranata, sorang penulis buku dan kolumnis. (dok. Xavier, 2024).
XAVIER QUENTIN PRANATA - Foto profil Xavier Quentin Pranata, sorang penulis buku dan kolumnis. (dok. Xavier, 2024).

Saya yang pernah berkarir di beberapa negara di luar Indonesia sangat setuju dengan komentar Petra Novandi. 

Di samping itu, kabur aja dulu tanpa mengenal negara tujuan merupakan tindakan konyol. 

Riset pribadi tentang negara yang dituju sangat diperlukan. Jangan hanya terpikat oleh promo dan apa kata orang.

American Dream yang sangat dibanggakan orang Amerika pun ternyata bisa menjadi Nightmare yang mengerikan. 

Promosi suatu negara memang hanya mengambil sudut-sudut indah sebuah kota atau negara dengan menyamarkan bahkan menghilangkan kekumuhan daerah tersebut.

Ketika menjalankan tugas bicara di New York dan Vancouver, saya menyempatkan diri jalan-jalan bersama keluarga ke beberapa kota di Amerika Serikat dan Kanada. 

Kami melihat banyak wilayah kumuh yang tidak terekspos ke media. Homeless merajalela di berbagai kota besar di Amerika, termasuk New York. 

“Terdapat 771.480 orang yang tercatat sebagai tunawisma pada tahun 2024 — atau sekitar 23 per 10.000 orang. Angka ini menunjukkan peningkatan lebih dari 18 persen dibandingkan angka yang tercatat pada tahun 2023” (EconoFact, 8 Januari 2025). 

Artinya, di negara impian banyak orang ini tingkat pengangguran tinggi. Jika jumlah pengangguran meningkat, tingkat kriminalitas pun mencuat.

Kendala utama lainnya adalah kendala bahasa. Mayaki pun berpesan kepada calon TKI yang mau #KaburAjaDulu ke Jepang

Mereka harus bisa berbahasa Jepang. Selain kendala bahasa, faktor cuaca dan budaya perlu dipertimbangkan.

Cuaca

Setelah bertahun-tahun berkarya di negara orang, salah satu hambatan bagi istri saya adalah cuaca. 

Meski istri saya berasal dari kota yang lebih dingin dari kota kelahiran saya, namun, daya tahannya terhadap negeri empat musim memang lebih rentan dibandingkan saya dan anak-anak kami.

Jika saya bisa mandi air dingin di saat winter—teman-teman saya di sana pun mengatakan saya sedikit ‘crazy’—istri saya tidak betah berlama-lama di luar ruangan saat musim dingin. 

Di saat anak-anak kami asyik bermain lemparan-lemparan bola salju dan membuat boneka, istri saya sebentar-sebentar mencari ruangan yang ada pemanasnya. 

Apalagi tawaran terakhir datang dari sebuah negara yang musim ‘panasnya’ pun dingin. 

Lebih-lebih di kota yang bukan saja dingin namun juga berangin. Jamu anti angin pun bisa tidak mempan di sini. Akhirnya kami memilih ‘for good’.

Budaya

Bangsa Indonesia terkenal dengan keguyupannya. Apalagi jika bertemu dengan orang-orang sebangsa dan setanah air di negara orang. 

Ungkapan "Gak ada loe gak rame” cocok untuk menggambarkan gaya bersosial masyarakat kita.

Suatu kali seorang sahabat dari Indonesia datang mengunjungi saya. 

Karena lama tidak berjumpa acara kangen-kangenan berlangsung berjam-jam. Tanpa terasa sudah tengah malam. 

Di saat hening seperti itu, suara kami mengganggu tetangga kiri kanan yang semuanya berkulit putih. 

Tiba-tiba seorang tetangga mendatangi rumah kami dan dengan sopan mengatakan agar kami memperpelan suara kami. 

Sebotol anggur disertai ucapan maaf keesokan harinya memang bisa meredakan kejengkelan tetangga. 

Namun, jika kita keseringan lupa, bisa bikin masalah.

Yang lebih utama lagi, saat kita masih di Indonesia dan belum ‘kabur’, apa yang seharusnya kita lakukan? Panca Waspada.

Pertama, jangan asbun. Buka mata, buka telinga, olah data di otak. 

Setiap kali menerima berita yang ‘viral’ jangan keburu di-share. 

Sebagai mantan pemimpin redaksi majalah, saya selalu tekankan kepada para desk editor dan reporter untuk selalu check and recheck, cover both side sehingga berita menjadi balance dan tidak dianggap buzzer. 

Gali lebih dalam lagi akar permasalahnya sehingga tulisan kita tidak sekadar ‘follow the crowd.’

Kedua, libatkan diri secara aktif. Ikuti berita yang bersinggungan langsung dengan kemaslahatan umat. 

Dengan mendengar baik langsung maupun layar kaca paling tidak kita bisa ‘membaca’ body language para pejabat kita agar tahu bahwa dia sedang lips service atau telling the truth. 

Tidak peduli apakah kita pendukung pemerintahan berjalan atau oposisi, pengenalan lebih dalam terhadap kepala negara dan pejabat pemerintah sangat diperlukan. 

Bisa jadi orang yang kita kritik memang tidak memahami permasalahan yang dia timbulkan. Seseorang pernah berkata, “You can't change someone who doesn't see an issue in their actions.” 

Misalnya saja, peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) di halaman Istana Kepresidenan oleh Presiden Prabowo diharapkan dapat mengelola keuangan hasil efisiensi anggaran dengan lebih baik lagi. 

Siapa tahu Danantara bisa menghasilkan multiplier effect bagi masyarakat.

Ketiga, ikut dalam gerakan merawat dan meruwat Indonesia agar pejabat pemerintah tidak hanya pandai berkampanye tetapi ternyata lebih pandai bersilat lidah saat penerapannya di lapangan berantakan. 

Ronald Reagan, dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Amerika Serikat, dengan tegas berkata, “In this present crisis, government is not the solution to our problem; government is the problem.” 

Intinya, dia tidak segan-segan menerima kritikan ketika amburadul memimpin negara ini nantinya. 

Janji capres Gibran untuk menyediakan 19 juta lapangan kerja dalam debat Cawapres, di Gedung JCC Senayan (22/12/2023) perlu terus dikawal baik oleh pendukung maupun oposisi. Sikap kritis seperti ini harus terus dijaga.

Keempat, beri dukungan—paling sedikit moral—kepada individu maupun kelompok yang menyuarakan kebenaran. 

Bukan sekadar pembenaran dari setiap ucapan dan aksinya karena dirasuki fanatik buta. 

Paksa diri Anda untuk berdiri tegak dan bersuara sampai serak untuk menyatakan kebenaran. 

Jangan abu-abu. Jangan netral. 

Dante Alighieri, penyair, penulis dan filsuf Italia, dengan tegas berkata, “The darkest places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis.”

Kelima, tetap junjung tinggi kebebasan bersuara agar #IndonesiaGelap bisa diganti dengan #IndonesiaTerang. 

Untuk menjadi terang dibutuhkan mental mengubah diri sendiri sebelum berusaha mengubah orang lain. 

Saya sependapat dengan David A. Bednar. Mantan rektor Brigham Young University ini dengan jenius berkata, “Change your own circumstances instead of expecting your circumstances to be changed by someone else.” 

Jadi, mau #KaburAjaDulu atau #PerbaikiAjaDulu?

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved