Tribunners / Citizen Journalism
Bangkitnya Partai Masyumi Reborn, Antara Perjuangan Ideologi atau Kepentingan Politik Pragmatis
Sejarah Masyumi memberikan pelajaran berharga tentang peran partai politik Islam dalam dinamika politik Indonesia
Tanpa itu, kebangkitan partai ini dikhawatirkan hanya menjadi gerakan simbolis yang tidak memberikan dampak nyata bagi umat.
Selain itu, Masyumi Reborn juga harus berhadapan dengan tantangan politik identitas yang semakin tajam di Indonesia.
Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, pendekatan politik berbasis agama yang terlalu eksklusif berisiko menciptakan polarisasi yang lebih dalam.
Oleh karena itu, jika Masyumi Reborn ingin berhasil, mereka harus mampu menawarkan visi politik Islam yang inklusif, moderat, dan toleran. Hal ini penting agar partai ini tidak hanya menjadi perwakilan kelompok tertentu, tetapi dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kritik terhadap kebangkitan Masyumi Reborn juga muncul dari kalangan umat Islam sendiri.
Sebagian pihak menilai bahwa partai ini tidak lebih dari alat bagi elit politik untuk meraih kekuasaan.
Ketiadaan figur pemimpin yang kuat dan kharisma ideologis seperti Mohammad Natsir atau Sjafruddin Prawiranegara di masa lalu juga menjadi salah satu kelemahan partai ini.
Dalam konteks ini, Masyumi Reborn harus mampu membangun struktur organisasi yang solid dan memunculkan pemimpin yang visioner untuk meyakinkan publik bahwa mereka serius dalam perjuangan politiknya.
Tidak dapat dipungkiri, kebangkitan Masyumi Reborn juga menimbulkan pertanyaan tentang relevansinya dalam politik modern.
Dengan munculnya banyak partai politik berbasis Islam, seperti PKS, PPP, dan PAN, persaingan untuk mendapatkan dukungan dari umat Islam menjadi semakin ketat.
Masyumi Reborn harus mampu menjelaskan apa yang membedakan mereka dari partai-partai lain. Apakah mereka hanya menawarkan narasi sejarah dan nostalgia, atau benar-benar membawa ide baru yang mampu menjawab tantangan zaman?
Pada akhirnya, motivasi di balik kebangkitan Masyumi Reborn berada di antara ambisi ideologis dan kepentingan politik pragmatis.
Di satu sisi, ada keinginan untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan Islam yang inklusif dan berkeadilan.
Namun di sisi lain, pragmatisme politik tampak jelas dalam strategi mereka menggunakan nama besar Masyumi untuk menarik perhatian publik.
Masa depan Masyumi Reborn sangat bergantung pada sejauh mana partai ini mampu menyeimbangkan antara ideologi dan pragmatisme, serta bagaimana mereka menjawab tantangan sosial-politik yang dihadapi Indonesia saat ini.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pengamat Soroti Gerakan Elemen Buruh dalam Hari Tani: Isu yang Diangkat Kepentingan Politik |
![]() |
---|
Elite PAN Sebut Ada Banyak Kepentingan di Pilkada Jakarta 2024, Pihak Asing Ikut Campur |
![]() |
---|
Direktur DEEP Indonesia : Putusan MA Muluskan Langkah Kaesang Pangarep Ikut Pilkada |
![]() |
---|
TikTok Shop Langgar Aturan Menteri Perdagangan, Menteri Teten: Ada Kepentingan Politik |
![]() |
---|
Anies Soal Otonomi Daerah, Harus Mengacu Kebutuhan, Bukan karena Motif Kekuasaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.