Tribunners / Citizen Journalism
Timbun di Sini, Jual di Sana, Pamer di Sana Sini
Baik ibu pemilik warung kecil di belakang rumah saya maupun pedagang besar yang dianggap menimbun minyak goreng sama-sama memakai perhitungan
Mandalika Bukan Untuk Pamer
Pamer—apa pun—bukan hanya membikin silau orang, tetapi juga bisa membuat rakyat tergiur untuk melakukan investasi yang syur. Begitu tercebur, afiliator kabur. Ternyata mereka bukan sakadar flexing, tetapi merupakan cara marketing.
Di satu sisi mereka bisa membuat pasangan bling bling, namun di sisi lain membuat pengikut—baca pengekor—pusing tujuh keliling karena harta yang tidak seberapa terpelanting. Itulah sebabnya Bruce Lee berkata, “Pamer adalah ide bodoh tentang kemuliaan.” Saya lebih senang mengganti kata ‘kemuliaan’ dengan ‘pencitraan’.
Sebagus-bagusnya konsep, konsep dan konsep, apalagi kalau dilakukan hanya untuk pencitraan, tidak ada artinya tanpa kerja, kerja dan kerja yang terukur.
Pembangunan sirkuit Mandalika beserta hingar bingar kesuksesan balap MotoGP baru usai. Euforia kemegahan dan kemeriahannya masih terasa. Para penonton yang beruntung bisa menyaksikan secara langsung banyak yang pamer di media sosialnya. Bangga boleh, santai jangan.
Pekerjaan yang jauh lebih besar menanti. Bagaimana dengan kelanjutan pembangunan IKN? Pembuktiannya adalah soal waktu. Hasilnya membuat Indonesia semakin makmur dan termasyhur atau justru terendam lumpur dan hancur terkubur.(*)
Sumber: TribunSolo.com
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.