Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Kisah Insipiratif Kopi Kapal Api: karena 'Gila' Akhirnya Bisa Mendunia

Ternyata di balik kesuksesan kopi kapal api ada sosok yang nekad dan "gila", seorang mantan supir bemo.

Ist
Dari kika: Letjen Pur AM Putranto, Letjen Purn Dr HC Doni Monardo dan Soedomo Founder Kapal Api. 

Alkisah, Indonesia merdeka 1945. Kurang lebih 20 tahun kemudian, Soedomo yang terlahir dengan nama Go Tek Whie, diminta membantu usaha orang tuanya, mengurus usaha kopi.

“Saya masih sekolah, lalu sempat kerja di tempat orang lain satu tahun. Kalau hari libur, Sabtu dan Minggu, saya narik bemo rute Jembatan Merah ke Wonokromo, lalu ke Mojokerto,” ujar Soedomo, mengenang masa remajanya yang tinggal tak jauh dari terminal Jembatan Merah, Surabaya.

Barulah di tahun 1967, Soedomo mulai agak intens membantu orang tua. Jangan Anda bayangkan ia membantu sebagai tenaga ahli, atau pelaksana manajemen.

“Saya anak kampung, bukan anak kuliahan. Jadi, cara membantu orang tua ya antara lain dengan menjadi salesman. Keliling kampung dan pelabuhan Tanjung Perak jual kopi pakai sepeda onthel,” kenan lelaki kelahiran Surabaya 3 Juni 1950, itu.

Membangun Pabrik

Usaha yang ditekuni ayahnya, mulai menampakkan grafik naik.

Terbukti, tahun 1975, sudah bisa membangun pabrik yang lebih representatif di daerah pantai utara Surabaya, tepatnya di Kenjeran.

Baca juga: “Bapak Air”, Pangkostrad Maruli Serta Pengakuan Doni Monardo

“Ketika pabrik Kenjeran sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan, kami bangun pabrik yang lebih besar di Sepanjang, Sidoarjo,” kata Soedomo.

Jika dibentang kalender berjalan, usia Kapal Api tahun 2022 menginjak tahun ke-95.

Hampir satu abad. Ada beberapa titik penting dalam kalender sejarah Kapal Api.

Tahun 1975, disebut Soedomo sebagai salah satu titik penting itu.

“Tahun 1975 adalah tahun booming, setelah memasang iklan di TVRI, menggunakan bintang iklan pelawak Srimulat. Namanya Paimo. Jargon yang terkenal ketika itu ‘Kopi Kapal Api Jelas Lebih Enak’. Suara Paimo yang khas sangat menarik. Sejak itu, omzet Kapal Api naik tajam,” ujar Soedomo.

Lima tahun sejak beriklan di TVRI menggunakan pelawak Paimo, Kapal Api sudah berhasil menjadi market leader di Jawa Timur.

“Tahun 1982 saya beranikan diri untuk mendatangkan mesin roasting kopi dari Jerman. Harga mesin setipe, kalau produk lokal Rp 1,7 juta, sedangkan mesin Jerman saya beli seharga Rp 137 juta…. Wah… saya banyak diprotes orang, termasuk oleh orang tua saya,” kata Soedomo sambil tertawa.

Para tetangga sampai bilang begini ke orang tua Soedomo, “Anakmu yang satu ini memang arek sempel. Hati-hati lho, nanti bisa bangkrut.”

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved