Tribunners / Citizen Journalism
Strategi Kreatif Cak Imin dan Kandidat Ideal Ketum PBNU Masa Depan
salah satu strategi Cak Imin dalam memperjuangkan konstituennya di kalangan muda (mahasiswa/mileneal) dan langkah politisnya sering "out of the box'
Strategi Kreatif Cak Imin dan Kandidat Ideal Ketum PBNU Masa Depan
Oleh Imam Jazuli Lc., MA
TRIBUNNEWS.COM - Saat politukus yang lain sibuk membicarakan vaksin untuk rakyat dan menolak bisnis vaksin, politisi PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin atau Gus Ami) punya perhatian yang berbeda. Ia mengawal dan menyuarakan kepentingan para mahasiswa, karena ia mendapati sejumlah aduan dari mahassiwa yang keberatan membayar uang kuliah tunggal (UKT).
Menurut Cak Imin, walaupun sudah disubsidi, UKT ini masih memberatkan ke mahasiswa. Saya mendapat banyak laporan, keluhan masyarakat karena belajar online kok uang kuliahnya sama dengan offline, tegasnya di Jakarta, Senin (12/7/2021).
Itulah salah satu strategi Cak Imin dalam memperjuangkan konstituennya di kalangan muda (mahasiswa/mileneal) dan langkah politisnya sering "out of the box" (tak terduga), tapi berdampak secara elektoral partai yang dimpinnya secara luar biasa dan pertumbuhan suara PKB semakin positif.
Bila dilihat secara sinkronik, yakni hubungannya dengan partai-partai lain (seperti PDI-P, Gerindra, dan Golkar), PKB termasuk partai papan atas. Menggeser tiga partai besar ini, agar masuk kategori “tiga besar,” adalah tantangan PKB di masa depan. Dan, jika dicermati tren positif PKB memang tidak bisa dipisahkan dari strategi dan kepemimpinan Muhaimin Iskandar yang sering tak terduga dan cenderung keluar dari pakem.
Kita ingat, pada Pemilu 2014 yang lalu, strategi Cak Imin sempat membuat politisi lain terkaget, saat ia menggandeng musisi Ahmad Dhani dan Haji Rhoma Irama masuk dalam barisan PKB dan ini ternyata dampak pada elektoral PKB yang luar biasa.
Selain itu, Cak Imin juga cukup berhasil dalam menjaga hubungan baik dengan NU, dengan para kiai dan santri. Sekaligus pintar merangkul kaum milenial yang jumlahnya sangat besar. Jadi di posisi sulitpun, Cak Imin dan PKB yang ia pimpin berhasil dalam memposisikan dirinya sebagai kekuatan religius yang nasionalis dengan mengintegrasikan wawasan keagamaan dan kebangsaan dan sebagai pengusung moderatisme beragama.
Ia selalu berada di titik spektrum tengah. Jika ia mampu dijaga secara konsisten, hal ini akan menjadi poin positif bagi PKB ke depannya yang membedakan dengan parpol-parpol lainnya. Dan, strategi ini ia dapatkan tidak dengan cara instan, tapi ia dapatkan dengan memulai menjadi aktivis, pengurus partai, anggota dewan, hingga menjadi menteri. Sosok ini menjadi panutan politik bagi kader PKB dan sebagian besar warga NU.
Sebelum menjadi Ketua Umum DPP PKB Tahun: 2005 sampai sekarang, ia dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal. Tahun: 2004-2005. Pengurus Besar PMII, sebagai: Ketua Umum. Tahun: 1994-1997. DPP PMII, Sebagai: Sekretaris Jenderal tahun: 1992-2002. Sejak duduk dibangku kuliah, Muhaimin aktif di tempat-tempat diskusi dan juga aktif di pergerakan mahasiswa. Dia bergabung di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan terpilih menjadi ketua cabang PMII Yogyakarta pada 1994-1997.
Selain itu, dia juga aktif di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). 199-1992. Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), sebagai: Anggota Badan. Tahun: 1990-1991. PMII UGM Yogyakarta, sebagai: Ketua Umum. Tahun: 1990-1991. PMII UGM, sebagai: Ketua Korp Mahasiswa Fisipol. Tahun: 1988-1989.
Karier politik Muhaimin bersamaan lahirnya Era Reformasi. Pada saat itu, tahun 1998, ia bersama tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama termasuk KH. Abdurrahman Wahid mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan ia ditunjuk sebagai sekretaris Jenderal (Sekjend).
Pada pemilu 1999, Cak Imin terpilih sebagai anggota DPR RI dari partai PKB. Di lembaga legislatif tersebut pada usia 33 tahun, seperti ditulis di situs DPR, dia menjadi Wakil Ketua DPR RI 1999-2004. Dia termasuk pimpinan termuda di DPR yang pernah ada saat itu.
Kariernya terus meroket, seiring menjadi ketua umum PKB. Bersamaan dengan itu, pada pemilu 2004, Muhaimin terpilih kembali menjadi anggota DPR dan kembali menjadi Wakil Ketua DPR RI 2004-2009. Pada pemilu berikutnya, Muhaimin sukses untuk ketiga kalinya menjadi anggota DPR dan kali ini dia diminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyo menjadi menteri tenaga kerja dan Transmigrasi 2009-2014.
Di penghujung jabatan menterinya berakhir, pada tahun 2014, Muhaimin secara aklamasi terpilih kembali sebagai ketua umum PKB. Dia dianggap berhasil menaikkan suara pemilu PKB pada tahun 2014 secara signifikan. Keberhasilannya berlanjut, saat Muhaimin mengantarkan kader-kader PKB menjadi menteri di Kabinet Kerja Joko Widodo 2014-2019.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.