Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Kasus Djoko Tjandra

Pinangki, Dewi Keadilan pun Membuka Matanya Untukmu!

Pinangki adalah terpidana kasus penerimaan suap dari Djoko Soegiarto Tjandra terkait pengurusan fatwa Mahkamah Agung.

Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Terdakwa kasus penerimaan suap dari Djoko Tjandra terkait pengurusan fatwa Mahkamah Agung (MA), Pinangki Sirna Malasari menjalani sidang putusan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (8/2/2021). Pinangki divonis 10 tahun penjara dengan denda Rp 600 juta subsider 6 bulan kurungan karena dinilai terbukti bersalah menerima suap USD 450 ribu dari Djoko Tjandra untuk mengurus fatwa Mahkamah Agung (MA) dan melakukan TPPU, serta permufakatan jahat. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Pedang bermata dua, yang diturunkan ke bawah, bukan menggambarkan bahwa hukum itu mengancam ke bawah.

Pedang yang diturunkan ke bawah bermakna bahwa hukum bukan alat untuk membunuh.

Pedang akan terhunus apabila diperlukan sebagai senjata terakhir (ultimum remedium) dan tidak digunakan sebagai pencegahan awal (premium remedium).

Pedang bermata dua berarti tajam ke segala arah, tidak tumpul ke atas dan tajam ke bawah atau sebaliknya.

“Ambyar”

Namun, semua makna dari lambang keadilan hukum itu kini “ambyar” (berantakan/hancur berkeping-keping) di depan jaksa Pinangki Sirna Malasari.  

Pinangki adalah terpidana kasus penerimaan suap dari Djoko Soegiarto Tjandra terkait pengurusan fatwa Mahkamah Agung (MA) yang divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, 8 Februari 2021.

Vonis ini lebih berat daripada tuntutan jaksa 4 tahun. Pinangki pun mengajukan banding pada pertengahan Februari 2021.

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, Senin (14/6/2021), mengabulkan banding itu dan memotong hukuman Pinangki dari 10 tahun menjadi 4 tahun penjara, sesuai tuntutan jaksa di pengadilan tingkat pertama.

Orang bilang hukuman Pinangki disunat. Tapi sebenarnya bukan disunat, melainkan “dimutilasi”.

Kalau disunat 'kan potongannya hanya sedikit. Ini banyak, bahkan lebih dari setengahnya. 

Dewi Keadilan itu pun membuka matanya, menjadi pandang bulu, dan tak lagi adil.

Ada beberapa pertimbangan majelis hakim PT DKI Jakarta mengurangi vonis Pinangki, yang dapat ditafsirkan sebagai terbukanya mata Dewi Keadilan. 

Pertama, lantaran Pinangki mengaku bersalah dan menyesali perbuatannya serta mengikhlaskan dipecat dari profesinya sebagai jaksa. 

Kedua, Pinangki adalah seorang ibu dari anaknya yang masih balita (berusia 4 tahun), sehingga layak diberi kesempatan untuk mengasuh dan memberikan kasih sayang kepada anaknya dalam masa pertumbuhan. 

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved