Minggu, 5 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Joe Biden dan Mimpi Amerika

Pergolakan di Amerika hendaknya menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia bahwa untuk mempertahankan demokrasi, optimisme tidaklah cukup.

Patrick Semansky / POOL / AFP
Presiden AS Joe Biden (tengah) menyampaikan pidato pelantikannya setelah dilantik sebagai Presiden AS ke-46 pada 20 Januari 2021, di US Capitol di Washington, DC. 

Banyak pengamat melihat bahwa gerakan “Black Lives Matters” saat ini melawan kebrutalan dan ketidakadilan polisi sama dengan pergolakan tahun 60an menuntuk kebebasan sipil, hak-hak perempuan, dan protes menentang perang Vietnam.

Segregasi rasial yang akut ini terus menghantui Amerika. Sosiolog dan Ekonom asal Swedia, Gunnar Myrdal menulis dalam bukunya (1944) “An American Dilemma: The Negro Problem and Modern Democracy, membahas secara detail apa yang menghambat warga kulit hitam untuk berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat Amerika.

Myrdal berkeyakinan bahwa Amerika yang tangguh akan memenangkan demokrasi dan rasisme akan tersingkir di selokan sejarah. Myrdal melihat ada lingkaran setan (vicious cycle) dimana kulit putih menindas kulit hitam.

Penindasan terjadi karena ketidakmampuan dari berbagai hal dimiliki oleh kulit hitam. Untuk keluar dari lingkaran setan ini, Myrdal menyarankan dual hal; menghilangkan prasangka kulit putih atau memperbaiki situasi yang dihadapi oleh kulit hitam. Myrdal menyebutnya sebagai “principle of cummulation”.

Menurut Myrdal, “Dilema Amerika pada masanya adalah idealisme liberal Amerika yang berdampingan dengan kondisi yang menyakitkan dari warga kulit hitam. Di satu sisi, kemuliaan kredo Amerika yang mencitakan semua manusia adalah sama. Di sisi lain, sepersepuluh dari penduduk Amerika diperlakukan sebagai ras inferior, diabaikan hak-hak sipil dan politiknya”.

Myrdal menyimpulkan bahwa masalah orang negro adalah beban bagi kulit putih. Sebagai tanggung jawab kolektif, kulit putih harus mengeluarkan kulit hitam dari penjara keterbelakangan.

Sayangnya, 76 tahun setelah buku ini diterbitkan, impian Amerika akan kesamaan hak dan kesempatan bagi semua manusia tidak juga terwujud. Amerika semakin dihantui oleh segregasi rasial, ketimpangan sosial dan ketidakadilan yang mengancam eksistensinya sebagai bangsa beradab.

Optimisme di Koridor Sempit

Dalam wawancara eksklusifnya dengan majalah Haaretz di bulan November 2020, Noam Chomsky membeberkan keraguannya terhadap masa depan Amerika.

"Meski Biden terpilih sebagai Presiden, ia tidak bisa mengabaikan 70 juta loyalis Donald Trump. Mayoritas diantaranya adalah kulit putih, konservatif, beragama kristen dan tinggal di pedesaan. Kekhawatiran mereka adalah pandangan hidup orang kulit putih berada dalam ancaman. Mereka tidak lagi leluasa mengalungkan sepatu kerjanya di leher mereka yang berkulit hitam".

Chomsky menambahkan, "Trump berhasil meracuni urat nadi kehidupan Amerika yang mengalir di bawah permukaan; meneteskan racunnya dan memperbesar daya rusaknya".

Supremasi kulit putih telah berurat-berakar dalam budaya Amerika. Ia telah mentradisi selama berabad-abad. Selain itu, angka kelahiran penduduk kulit berwarna jauh lebih besar dari kulit putih. Hal ini tentunya mengancam kelangsungan supremasi kulit putih di masa mendatang.

Penyanyi kenamaan Amerika, Bruce Springsteen merasakan keraguan sebagaimana Chomsky.

Mengutip laporan editorial The New York Time berjudul "The America We Need", Springsteen menegaskan bahwa ada kesenjangan sangat dalam antara mimpi Amerika dengan realitas Amerika. Springsteen mengutip filsuf Harry Frankfurt, "It does not matter wether some people have less than others. What matter is that some people don't have enough. Luck adequate income, no wealth and don't enjoy decent housing, health care or education".

Tidak menjadi masalah apabila sebagian orang memiliki sesuatu yang lebih sedikit dari yang lainnya. Yang menjadi masalah adalah banyak diantaranya sama sekali tidak memiliki apa-apa.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved