Tribunners / Citizen Journalism
Virus Corona
Jujur Saja, Siapa Mafianya, Pak Menteri?
Siapa yang di maksud Erik Thohir? Ada kalimat yang bisa jadi clue menunjukan siapa mafia di maksud yaitu "Mereka yang mendominasi"
Ditulis oleh :
Adian Napitupulu
TRIBUNNERS - Tanpa ada angin dan badai tiba tiba Erik Thohir sebagai Menteri BUMN berbicara tentang mafia alat kesehatan (alkes) yang mendominasi impor alat kesehatan (tentu yg di maksud semua alkes dan obat terkait Corona).
Siapa yang di maksud Erick Thohir? Ada kalimat yang bisa jadi clue menunjukan siapa mafia di maksud yaitu "Mereka yang mendominasi"
Pernyataan adanya Mafia adalah pernyataan serius yang bisa menyasar kesiapapun. Kalau ukuran mafia nya adalah Dominasi Impor alkes dan obat maka bisa jadi hanya dua lembaga yang memenuhi syarat Dominasi yaitu BNPB dan BUMN.
Apakah pernyataan Erick ini menyasar ke BNPB? Mungkin saja, Karena ada 19 jenis Alkes yang rekomendasi Impornya dikeluarkan BNPB.
Baca: Cut Meyriska Panik saat Hamil di Tengah Wabah Covid-19, Istri Roger Cerita soal Jenis Kelamin Bayi
Baca: Kartini Dari Malang: Cerita Roos Nurningsih Yang Menginspirasi Millenial Lewat Jamu
Ini daftar rekomendasi Impor alkes dari BNPB : Surgical apparel, Disinfektan, Sarung tangan steril,Sarung tangan pemeriksaan, Thermometer, Ventilator infusion pump, Mobile x-ray, High flow oxygen device, Bronchoscopy portable, Power air purifying respirator CPAP Mask, CPAP machine, ECMO (extracorporeal membrane oxygenation), Breathing circuit for ventilator and incubator transport, Transport culture medium, Microbiological specimen collection and transport device (dacron swab), Alat rapid test COVID-19, Resuscitation bag.
Tapi bisa juga Erik sedang menegur oknum atau BUMN di bawah kementriannya? Hmmm atau jangan jangan pernyataan Erik itu menuduh saya karena satu bulan lalu saya pernah meminta Pemerintah memudahkan impor Alkes walaupun saya bukan importir dan trader. Dan sebagai calon tertuduh, setengah tertuduh atau berpotensi menjadi tertuduh maka anggap saja tulisan ini semacam hak jawab.
Apakah benar BUMN mendominasi impor Alkes dan Obat? Ini data dari berbagai media : RNI impor 500.000 Rapid test dari Cina, Indo Farma impor 100.000 rapid test, Kimia Farma impor 300.000 rapid test. Total impor Rapid test sudah 900.000 buah.
Berikutnya BUMN juga impor bahan baku untuk produksi 4,7 juta masker. Bio Farma impor bahan baku untuk 500.000 obat dari India untuk membuat Oseltamivir. BUMN juga impor 2 juta Avigan. BUMN impor bahan pembuat 3 juta klorokuin.
BUMN dan BKPM impor bahan baku APD dari China dan Korea. BUMN impor 20 PCR dari Farmas Roche Swiss. Dengan data itu sebenarnya BUMN salah satu yang mendominasi Impor alkes dan Obat.
Aneh tidak? BNPB yang keluarkan rekomendasi Impor, BUMN ikutan mendominasi Impor tapi menteri BUMN nya sekarang bicara bahwa ada Mafia yang mendominasi Impor Alkes. Jadi sebenarnya siapa Mafianya Pak Menteri?
Kalau impor Alkes harus ada rekomendasi sekian lembaga negara, apakah Pak Menteri ingin katakan bahwa Mafia Mafia itu dapatkan rekomendasi juga?
Atau mungkin maksud pak menteri adalah memotivasi kita untuk memproduksi sendiri Alat Kesehatan dan Obat. Ide bagus, tapi sayang nya kita tidak punya kemampuan negosiasi dengan virus agar menunda infeksi sampai kita siap produksi alkes dan obat sendiri. Jadi ide cerdas itu juga sedang berlomba antara kecepatan produksi Alkes dan Obat dalam negeri versus kecepatan penyebaran infeksi virus. Kira kira siapa yang menang?
Ah sudahlah. Begini Pak Menteri, kalo memang ada Mafia dan buktinya cukup maka segera lapor Presiden, lapor Polisi atau KPK, lengkapi bukti bukti trus tangkap, jangan cuma bicara ke Media saja dan membuat Rakyat dan Pelaku usaha saling curiga.
Ini situasi di mana semua tertekan, jangan ditambah dengan tuduhan kanan kiri lagi. Jangan juga membuat importir dan trader yang mau impor jadi tidak berani karena takut di tuduh mafia sementara kebutuhan Alkes dan Obat untuk 260 juta jiwa itu tidak sedikit dan belum tentu Negara mampu memenuhi semuanya sendiri.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.