Tribunners / Citizen Journalism
COVID-19 dan Problem Kebudayaan
Sedikitnya, dalam catatan Worldometers ada 196 negara yang sedang menghadapi masalah Covid-19
Lalu bagaiamana dengan Indonesia? Jika melihat pada kebijakan pemerintah yang saat ini telah membatasi penerbangan dari China, Italia, Iran, Vatikan. Spanyol, Perancis, Jerman, Swiss dan Inggris, paling tidak kita telah melihat ada upaya untuk membatasi interaksi masyarakat Indonesia dengan warga negara-negara tersebut ataupun warga Indonesia yang baru berkunjung dari negara-negara tersebut untuk mempersempit penyebaran Covid-19.
Namun, justru ada problem serius dari dalam negara Indonesia sendiri terkait masalah budaya interaksi yang dapat mempercepat penyebaran Covid-19. Di Indonesia, budaya interkasi secara kelompok adalah hal umum yang sudah menjadi bagian dari kebudayaan kita. Maka tidak heran jika banyak sekali acara-acara yang sifatnya mengumpulkan massa. Mulai dari yang berasal dari sisi kebudayaan dan tradisi lokal, masalah keagamaan, hingga kegiatan organisasi sosial dan kemasyarakatan.
Problem budaya interaksi inilah yang menjadi PR besar bagi pemerintah dan seluruh masyarakatnya agar bagaimana perlu saling sadar diri tentang risiko yang mungkin akan terjadi jika budaya interaksi secara kelompok ini masih terus dilakukan di tengah kondisi pandemic Covid-19. Meninggalkan hal yang sudah membudaya, memang bukanlah hal yang mudah, namun pemerintah perlu melakukan pressure terhadap siapapun atau kelompok apapun yang masih berkegiatan secara kelompok.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan, disamping pemerintah juga tentu harus menggiatkan budaya literasi terhadap masyarakatnya agar lebih sadar terhadap risiko-risiko buruk yang mungkin terjadi karena budaya interaksi yang dilakukan. Oleh karena itu, sekarang bukan saatnya mengeluh. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama melawan Corona.
Pemerintah, dengan kekuasannya diberikan kepercayaan penuh untuk mengambil segala kebijakan strategis yang dirasa perlu dalam rangka meredam penyebaran Covid-19. Sementara masyarakat kita, harus meminimalisir interaksi-interkasi yang bersifat kelompok untuk sementara waktu. Jika pemerintah dan masyarakat bisa bekerjasama, bukan tidak mungkin penanganan Covid-19 akan dapat dilakukan maksimal dengan waktu yang efektif.
Penulis Adalah Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.