Tribunners / Citizen Journalism
Pilkada Serentak 2020
Ujian Bagi Titah Megawati di Pilkada 2020
Namun bisa dimaknai bahwa ada keinginan kuat dari Megawati agar PDIP menjadi partai modern yang berbasis kader, bukan berdasarkan nepotisme.
Oleh: Rudi S Kamri
TRIBUNNEWS.COM - Dalam pengarahannya di depan para calon kepala daerah peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menunjukkan kekesalannya karena ada beberapa pengurus dan tokoh senior partai berlambang banteng moncong putih itu yang memaksakan anak atau kerabat dekatnya dimajukan dalam pilkada atau pemilu.
“Berhentilah, kalau kalian punya anak, anaknya itu enggak bisa, jangan dipaksa-paksa. Jengkel loh, saya. Lah iya toh, ngapain sih kayak enggak ada orang. Kader itu ya anak kalian juga loh. Gimana, yo,” kata Megawati di Jakarta, Rabu (19/2/2020) seperti dikutip Tribunnews.com.
Pernyataan keras Megawati tersebut adalah yang pertama kali dilontarkan secara terbuka sehingga menjadi tamparan keras bagi petinggi dan tokoh senior PDIP yang selama ini melakukan praktik nepotisme dalam pilkada atau pemilu.

Namun bisa dimaknai bahwa ada keinginan kuat dari Megawati agar PDIP menjadi partai modern yang berbasis kader, bukan berdasarkan nepotisme.
Untuk jangka panjang keinginan Megawati tersebut akan membuat PDIP menjadi partai yang sehat.
Keinginan Megawati saat ini harus diakui bertabrakan dengan upaya dari beberapa tokoh senior PDIP yang berkepentingan memajukan kerabat terdekatnya untuk menfaatkan kendaraan partai demi mendapatkan kekuasaan.
Baca: PDI-P Bakal Lakukan Regenerasi, Megawati Beri Imbauan: Kalau Anaknya Enggak Bisa, Jangan Dipaksa
Sebagai contoh dalam Pilkada 2020 yang akan segera berlangsung, ada beberapa tokoh senior PDIP yang seolah cenderung memaksakan anaknya maju.
Di Kota Blitar, Jawa Timur, misalnya, anak dari mantan Walikota Blitar yang tengah terjerat kasus korupsi dipaksakan maju dalam Pilkada 2020.
Juga di Kabupaten Kediri, masih Provinsi Jatim.
Tokoh senior PDIP Pramono Anung, yang saat ini menjabat Sekretaris Kabinet, juga terkesan memaksakan anak sulungnya, Hanindhito Himawan Pramana atau akrab dipanggil Dhito, maju sebagai calon Bupati Kediri pada Pilkada 2020.
Padahal Ditho belum genap berumur 28 tahun dan sama sekali belum punya rekam jejak yang bisa dibanggakan.
Padahal lazimnya partai modern, survei senantiasa digunakan untuk mengetes elektabilitas atau tingkat keterpilihan kandidat.
Di Kediri sampai detik ini belum pernah dilakukan survei untuk mendeteksi dukungan rakyat terhadap calon pemimpin di daerah itu.
Namun ada nuansa ada paksaan dari Pramono Anung untuk memajukan anaknya sebagai calon bupati.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.