Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Belajar dari Kekalahan di Final Lawan Vietnam

Berbagai pelanggaran oleh pemain Vietnam yang harusnya diberikan kartu merah malah tidak diberikan kartu kuning sekalipun.

Editor: Dewi Agustina
Harry Prasetya/superball.id
Kapten Timnas Indonesia U-23, Andy Setyo Dibayang-bayangi Pemain Belakang Vietnam dalam laga final SEA Games 2019 (Harry Prasetya/superball.id) 

Dalam hal ini Indra Safri lupa, resep sukses melawan sebuah atau beberapa kesebelasan belum tentu cocok menghadapi semu lawan, terutama lawan yang sudah “membaca” kita.

Vietnam sudah “membaca” Indonesia akan menerapkan strategi defensif, bertahan, lalu melakukan umpan terobosan dan dengan kecepatan para pemain depan kita menyelusup dari celah pertahanan lawan.

Vietnam dengan senang hati “sudah menunggu” hal itu. Mereka sudah mengantisipasi cara dan strategi itu. Mereka sudah punya kartu itu.

Untuk menghadapi strategi permainan seperti itu, Vietnam sudah mempunyai obatnya.

Begitu serangan mereka gagal, para pemain mereka harus secepatnya turun lagi ke bawah.

Kunci berikutnya mereka bertahan secara berlapis sehingga sulit kecolongan dengan kecepatan para pemain Indonesia.

Vietnam pun sudah katam membaca cara pemain Indonesia memainkan bola di area pertahanan sendiri.

Sebenarnya memainkan bola dengan tenang di belakang untuk memancing pemain Vietnam nafsu ke depan. Tapi upaya itu kandas karena Vietnam sudah menyiapkan obatnya.

Pemain timnas Vietnam U-23 merayakan gol yang dicetak ke gawang timnas U-22 Indonesia pada fase grup SEA Games 2019.
Pemain timnas Vietnam U-23 merayakan gol yang dicetak ke gawang timnas U-22 Indonesia pada fase grup SEA Games 2019. (VFF.ORG.VN)

Mereka menerapkan prinsip: penyerangan terbaik adalah pertahanan terbaik. Ketika para pemain Vietnam maju ke depan mereka sekaligus melakukan pertahanan.

Bukan satu lawan satu, tetapi satu pemain belakang Indonesia dikepung dua tiga lawan sekaligus.

Akibatnya, justru para pemain bertahan Indonesia yang kewalahan sendiri. Mekanisme pertahanan Indonesia jadi bumerang yang mengancam pertahanan sendiri.

Kesalahan Lebih Fatal

Kesalahan kedua yang sudah “dipelajari” Vietnam, pemain Indonesia membiarkan para pemain lawan, dalam hal ini Vietnam, bukan hanya bebas berkeliaran di pertahanan Indonesia, tapi juga bebas membawa dan menendang bola ke arah pertahanan dan gawang Indonesia.

Gelandang timnas Indonesia U-23, Evan Dimas, terlihat harus menggunakan kursi roda selepas pertandingan melawan Vietnam pada laga final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Selasa (10/12/2019).
Gelandang timnas Indonesia U-23, Evan Dimas, terlihat harus menggunakan kursi roda selepas pertandingan melawan Vietnam pada laga final SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Selasa (10/12/2019). (MOCHAMAD HARY PRASETYA/BOLASPORT.COM)

Hal ini terutama terjadi pada babak kedua baik pada pertandingan pertama maupun di pertandingan final.

Padahal statistik sudah membuktikan, biasanya Vietnan lebih banyak membobol gawang lawan antara menit 60 sampai menit 80.

Indonesia tidak mengantisipasi itu.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved