Tribunners / Citizen Journalism
AA Permana, Putra Bali-Lombok di Jantung Bangsa-bangsa
Dan hari itu, di bawah langit New York yang cerah, saya berjumpa putra kebanggaan Dewa Made Risna Winangun.

Termasuk, lima tahun berturut-turut mengawal Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mewakili Presiden Joko Widodo menghadiri Sidang Umum PBB. Termasuk, pernah mengawal Wakil Presiden Boediono.
Tak jarang, ia juga dipercaya mengawal pemimpin dunia dari negara lain. Salah satunya adalah Perdana Menteri Irak, Jawad al-Maliki alias Nouri Kamil al-Maliki.
Mengenakan setelan jas dengan pin khusus di dada kanan, berkacama hitam, badget UN Officer terselip di ikat pinggang depan sisi sebelah kanan, penampilan lelaki dengan tinggi 180 cm itu tampak gagah.
Bukan hanya itu, di balik setelah jas yang ia kenakan, juga tersembunyi senjata lengkap melengkapi posisinya sebagai shield (tameng hidup) bagi para kepala negara dan wakil kepala negara yang ia kawal.
“Status dan pekerjaan sehari-hari sebagai UN Officer. Akan tetapi, jika berlangsung sidang umum PBB, baik diminta atau atas permintaan, saya mengawal kepala negara dari negara saya sendiri yang bersidang di PBB. Selesai sidang, saya kembali sebagai UN Officer,” ujar Permana yang tetap berpaspor Indonesia itu.
Begitulah, Permana pun tidak saja membanggakan sang ayah, Dewa Made Risna Winangun dan sang ibu, RR Puji Rahayu, tetapi juga membanggakan bangsa dan negara Indonesia.
“Terima kasih kalau berkenan menulis tentang keberadaan saya di PBB. Kalau berkenan, mohon jangan lupa menyebutkan bahwa saya pernah mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 Ampenan, Mataram, Lombok jurusan Bahasa (Budaya),” pinta Permana pada penulis.
Pria “Balok” (Bali-Lombok) ini beralasan, apa yang ia raih saat ini bisa memotivasi anak-anak muda dan rekan-rekannya dari jurusan Bahasa (Budaya).
“Jika kita tekun belajar dan bekerja keras serta mau terus belajar, maka tidak ada hal yang tidak mungkin kita gapai,” ujar Permana.
Ia pun lantas mengilas sekelumit kisah hidupnya, hingga kini bisa menjadi one and only orang Indonesia yang menjadi orang penting di pasukan pengamanan Markas Besar PBB.
Pria kelahiran Denpasar, 24 Mei 1977 itu, tumbuh, dan berkembang di Bali dan Lombok.
“Orang bilang, saya ini Balok, Bali-Lombok,” ujar Permana sambil tersenyum.
“Waktu SMA, saya pernah belajar di SMA Negeri 1 Ampenan, Mataram, Lombok, saat ayah saya berdinas di sana,” ujar lulusan SMA tahun 1995, seraya menambahkan, “lulus SMA saya ikut tes polisi dan diterima masuk Sekolah Kepolisian Negara atau SPN di Bali.”
Lulus SPN Bali tahun 1996, ia mendapat penugasan pertama di Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai instruktur di Sekolah Kepolisian Negara.
Di Kupang, Permana sempat mengenyam bangku kuliah jurusan Sastra Inggris Universitas Katolik (Unika), Kupang, NTT, tapi tidak selesai.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.