Sabtu, 4 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

HUT Kemerdekaan RI

Kemerdekaan Itu Ayah Kandungnya Optimisme dan Kemajuan

Dengan demikian kita bisa menatap masa depan dengan keyakinan dan kepastian

Editor: Rachmat Hidayat
ISTIMEWA
Budi Arie Setiadi 

Oleh Budi Arie Setiadi,Ketua Umum DPP Projo

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Pada detik proklamasi diucapkan, proklamator menciptakan sesuatu yang baru: yaitu masa depan.

Di belakang proklamasi adalah masa lalu: yaitu sejarah ketidakbebasan manusia.

Baca: 6 Jurnalis Jadi Korban Kekerasan dan Intimidasi Polisi Saat Liput Demo Buruh di DPR

Pada detik proklamasi diucapkan, proklamator menghentikan masa lalu, dan memulai masa depan: yaitu medan kemanusiaan yang bebas. Itulah sebabnya disebut Kemerdekaan.

“Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Itulah inti sarinya: “menyatakan kemerdekaan!” Sisanya, akan diurus kemudian, yaitu: “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, dan (urusan-urusan) lain, akan diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.

Yang lain boleh dipikirkan nanti, tetapi kemerdekaan harus sekarang.

Baca: Link Live Streaming Upacara Bendera HUT RI ke-74, 17 Agustus 2019 di Istana Negara Pukul 10.00 WIB

Momentum “menyatakan kemerdekaan” itu adalah filsafat politik tertinggi manusia, dan karena itu ia sekaligus menjadi monumen kemanusiaan: politik adalah aktivitas orang merdeka.

Merdeka adalah deklarasi dari kehendak bebas, yaitu nasib tertinggi seorang manusia. Merdeka bukanlah hasil kalkulasi politik, atau negosiasi di antara pihak-pihak.

Merdeka adalah suatu tindakan politik searah: mau tidak mau harus mau! Jadi, Proklamasi itu pada dasarnya adalah sumber energi sebuah republik.

Ia bukan saja sebuah peristiwa historis, tetapi terlebih lagi adalah sebuah peristiwa antropologis.

Baca: 7 Kuliner Khas yang Wajib Kamu Coba saat Liburan ke Selandia Baru

Yaitu realisasi maksimal kemanusiaan itu sendiri. Yang direalisasikan adalah potensi kemerdekaan manusia, yaitu bahwa manusia mampu mengatur dirinya sendiri, bukan dengan dogma keunggulan ras, bukan dengan mitos, bukan dengan doktrin-doktrin semata-mata.

Kemerdekaan semakin bermakna dengan merayakan perbedaan dan toleransi dengan penuh kedamaian.

Pendidikan politik diperlukan untuk memberi isi kualitatif bagi instalasi negara modern.

Pendidikan politik seharusnya mengaktifkan warganegara, dengan melibatkannya dalam debat-debat publik, menggunakan sepenuhnya rasio argumentatif, agar demokrasi dapat ditanamkan dalam kebiasaan hidup sehari-hari.

Penanaman nilai demokrasi yang berbasis rasionalitas warga adalah sekaligus pemastian bahwa politik akan diselenggarakan semata-mata berdasarkan pilihan bebas warganegara, yaitu berdasarkan kalkulasi-kalkulasi keadilan sosial.

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved