Tribunners / Citizen Journalism
Andi Arief Terjerat Narkoba
Catatan Seorang Kawan untuk Andi Arief
Seorang kawan mengatakan Andi Arief punya urat politik yang kuat, dan akan bekerja sesuai misi politik yang diamanatkan kepadanya.
Dia, saat itu Ketua Umum SMID, menjadi buruan nomor satu setelah Budiman Sudjatmiko dan kawan-kawan PRD ditangkap.
Berbagai “hoax” muncul, bahwa anak-anak muda itu adalah titisan komunis, yang tentu saja ditanggapi masyarakat sebagai dagelan politik yang menggelikan.
YB Mangunwijaya pernah menulis kolom di sebuah majalah saat tuduhan itu terlontar, dan dia mencontohkan bagaimana AA yang melakukan jumpa pers diam-diam itu dengan mengenakan baju softbol dituduh aneh-aneh.
"Bagaimana mungkin anak-anak muda berwajah mbois itu komunis?”, begitu kira-kira Romo Mangun menulis.
AA sejak itu memimpin jaringan PRD bawah tanah. Dia sangat garang.
Hidupnya 24 jam politik. Sampai semuanya berakhir di 1998.
Setelah 1998, banyak di antara mantan aktivis mahasiswa itu memilih jalannya masing-masing.
Ada yang meneruskan sekolah sampai PhD, ada yang jadi pengusaha, wartawan, dan tentu saja politisi.
AA memilih jalan politik, dan dia dengan sadar menjalaninya dengan berbagai risiko.
Saya tahu banyak yang jengkel dengan ulahnya, meskipun banyak juga yang memuji manuvernya.
Tentu banyak yang saya tak tahu juga, misalnya bagaimana dia bisa berujung dengan apa yang diberitakan hari-hari ini.
Bagi saya pribadi, AA tetaplah seorang kawan, dan demikian terus adanya.
Kami sering berbeda sikap dan pilihan, dan punya keteguhan masing-masing dalam soal itu.
Saya sadar di tengah keriuhan menjelang pemilu seperti ini menulis komentar tentang seorang kawan yang seakan menjadi musuh semua orang adalah tidak populer.
Semua akan masuk bingkai “kami atau mereka”.
Semua bisa tampak melulu salah, bahkan jika ada seorang suci yang benar-benar bisa berjalan di atas air, para pencercanya akan mencibir: “Dia berjalan, karena dia tak bisa berenang”.
Saya hanya ingin menilai kawan saya, Andi Arief, dengan adil. Itu saja.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.