Tribunners / Citizen Journalism
5 Mitos Tentang Kanker Darah
Salah satu tipe kanker yang paling ganas yaitu leukemia, dengan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatatkan adanya peningkatan jumlah
Banyak orang percaya bahwa kanker darah adalah sebuah penyakit turun-temurun, di mana kemungkinan terjangkit akan lebih besar jika orang tua yang bersangkutan juga mengidap kanker darah.
”Dengan pengecualian sejumlah kasus yang amat langka, kanker darah bukan penyakit warisan dan tidak akan diturunkan oleh pasien ke anak mereka,” kata Konsultan Hematologi PCC Dr. Colin Phipps Diong.
”Kelainan atau mutasi kromosom yang terdeteksi pada pasien kanker darah terjadi secara spontan dan tidak diwariskan oleh orang tua. Berbeda dengan kanker tipe padat, kanker darah memiliki keterkaitan rendah dengan kebiasaan merokok. Bahkan, tak banyak faktor risiko yang diketahui untuk kanker darah. Beberapa faktor risiko yang sudah terbukti dapat memicu kanker darah adalah paparan terhadap kemoterapi, radiasi, atau zat kimia tertentu yang digunakan di industri petrokimia seperti benzena,” sambung Dr Phipps.
3. Kanker darah baru bisa terdeteksi pada stadium akhir
Dalam banyak kasus, pasien terlambat mengetahui bahwa mereka memiliki kanker darah. Tak jarang, pasien justru mengetahui hal ini ketika mereka melakukan pemeriksaan untuk penyakit lain. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pemahaman tentang kanker darah dan gejalanya, serta pentingnya melakukan pemeriksaan medis rutin yang mencakup pula pengecekan jumlah sel darah.
Baca: Kerap Alami Penolakan di Beberapa Kota, Ahmad Dhani Buka Suara
”Sayangnya, kanker darah bisa saja ditemui di pasien yang tidak mengalami gejala apapun. Namun, tidak selalu demikian. Sejumlah pasien menunjukkan gejala-gejala seperti demam berkepanjangan, keringat dingin di malam hari, kelelahan yang tak kunjung hilang, penurunan berat badan secara drastis yang tak direncanakan dan, terkadang, pembengkakan kelenjar getah bening,” kata Dr. Colin Phipps Diong.
”Jika hasil cek darah Anda menunjukkan ketidaknormalan, dan Anda mengalami gejala-gejala yang saya sebutkan, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter.”
Dokter kemudian akan melakukan serangkaian tes lanjutan, termasuk biopsi sumsum tulang belakang, untuk memastikan diagnosis keberadaan kanker darah.
4. Kanker darah sama dengan hukuman mati
Berkat berbagai terobosan di ilmu kedokteran, kanker darah – bahkan limfoma tipe Hodgkin yang dulunya mematikan – kini telah menjadi sebuah kondisi yang dapat disembuhkan.
”Saat ini, kanker darah termasuk ke dalam penyakit yang memiliki kemungkinan besar untuk disembuhkan. Tingkat kesuksesannya telah meningkat pesat, didukung oleh kemajuan di bidang kemoterapi dan pengobatan lainnya,” kata Dr Colin Phipps Diong.
”Namun, semua ini tergantung pada apakah pasien mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi spesifik dirinya. Ini adalah faktor kunci yang utama, selain mendapatkan diagnosis awal yang tepat. Untuk kasus limfoma tipe Hodgkin, tingkat kesembuhan berkisar antara 75%- 96%, tergantung pada stadium mana kanker tersebut didiagnosis dan diobati.”
5. Hanya keluarga yang dapat menyumbangkan sumsum tulang belakang, dan prosesnya amat menyakitkan
Transplantasi sumsum tulang belakang, yang dikenal juga dengan transplantasi sel punca (stem cell) alogenik, adalah salah satu perawatan yang paling efektif untuk mengobati kanker darah. Sel sumsum tulang belakang yang sehat akan diambil dari donor, dan kemudian ditanamkan pada pasien kanker darah.
”Berlawanan dengan mitos yang beredar, pasien bisa mendapatkan sel punca dari donor yang tidak memiliki hubungan darah, atau bahkan mendapatkan sel punca hematopoetik (haemotopoietic stem cells/HSC) dari stok darah tali pusat yang tersimpan di bank darah tali pusat,” kata Dr Lim ZiYi, yang membantu mengembangkan salah satu pusat transplantasi sel punca hematopoietik alogenik terbesar di Eropa.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.