Tribunners / Citizen Journalism
Asian Games 2018
Peran Asian Games 2018 Menjaga Persatuan Bangsa
Saat ini, beranda media maupun media sosial masyarakat Indonesia dipenuhi dengan berita-berita politik.
Oleh Diaz Hendropriyono, Staf Khusus Presiden
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Saat ini, beranda media maupun media sosial masyarakat Indonesia dipenuhi dengan berita-berita politik. Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden telah dinominasikan, menjadi tanda dimulainya pesta demokrasi akbar tahun 2019 yaitupemilihan Presiden dan anggota legislatif.
Namun, hal ini juga menjadi pertanda dimulainya masa kampanye yang panjang, keras, dan diprediksi berpotensi semakin mempolarisasi dan membelah anak bangsa pendukung masing-masing pasangan calon.
Tapi, kita memiliki kesempatan untuk menyatukan seluruh elemen bangsa dengan menggunakan alat yang paling efektif, olahraga dan momen olahraga terbesar di Indonesia dalam 50 tahun terakhir, Asian Games 2018.
Event olahraga yang diikuti seluruh negara di Asia ini merupakan tantangan, namun juga kesempatan terbesar bagi bangsa Indonesia untuk menyatukan bangsa yang terpolarisasi karena memanasnya suhu politik nasional.
Olahraga merupakan kekuatan penting bagi suatu bangsa. Olahraga dapat secara positif berkontribusi pada pembentukan identitas nasional dan juga meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan nasional. Ada banyak contoh bagaimana olahraga berhasil menyatukan suatu bangsa.
Setelah 22 tahun bermusuhan pada era Perang Dingin, olah raga pingpong berhasil memperbaiki hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat, dilanjutkan dengan pertemuan bersejarah antara Richard Nixon dan Mao Zedong di Beijing pada 1972.
Ketika Nelson Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan setelah tumbangnya rezim apartheid, ia juga menggunakan olahraga, rugby, untuk menyatukan bangsa Afrika Selatan yang hampir terpecah karena kebijakan diskriminasi dan pemisahan warga negara berdasarkan warna kulit selama beberapa dekade.
Piala Dunia 2006 di Jerman, dimana Didier Drogbabermainsebagaipenyeranguntuk Chelsea, menjadi momentum bagi pemimpin dan rakyat Pantai Gading untuk bersatu dan menghentikan perang saudara yang berlangsung di negara Afrika tersebut.
Keakrabantimsepakbola Iran dantimAmerikaSerikatpada 1998 di Prancis, termasuk foto bersama dan pemberian bunga dari tim Iran kepadatim AS, berhasil memberikan kehangatan antar kedua negara yang bermusuhan sejak 1979.
Bahkan, secara historis tujuan diadakan acaraolahraga Olimpiade olehI phitos dari Kerajaan Elis, adalah tidak lain untuk meredam konflik regional yang saat itu terjadi di Yunanikunopadaabadke 8 SM.
Di Indonesia sendiri, halserupa terlihat baru-baru ini ketika Lalu M. Zohri memenangi perlombaan lari 100 M untuk usia di bawah 20 tahun (U-20) di Finlandia. Setelah kemenangan Zohri, terdapat dukungan yang tulus dari semua pihak di dalamnegeri, termasukdariFahri Hamzah yang biasanya berseberangan terhadappemerintah.
Pesan persahabatan dan perdamaian melalui momen olahraga ini juga disampaikan oleh Presiden JokoWidodo. Ketika mempertemukan Duta Besar Korea Selatan dan Korea Utara, Presiden menyatakan harapannya agar Asian Games 2018 di Jakarta nanti bukan hanya menjadi perhelatan olahraga.
Akan tetapi menjadi perhelatan persahabatan dan perdamaian, yang tentunya bukan hanya persahabatan dan perdamaian bagi negara-negara di Semenanjung Korea, namun juga negara-negara lainnya.
Asian Games yang akan dimulai pada tanggal 18 Agustus merupakan momen yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk semakin menyatukan seluruh elemen bangsa Indonesia. Presiden Jokowi telah menetapkan target untuk kontingen Indonesia yaitu agar mencapai peringkat 10 besar dalam Asian Games kali ini.
Hal ini bukanlah target yang mudah karenaselama ini pencapaian tertinggi Indonesia terjadi pada AG tahun 1962, ketika kita mendapatkan peringkat 2.Setelah itu, selama tahun 2000an, peringkat tertinggi Indonesia ialah mendapatkan peringkat 14 di tahun 2002 dan terendah pada tahun 2006 di peringkat 22.
Target yang tinggi pada tahun 2018 ini tidak bisa hanya dicapai oleh para atlit yang berlaga di Asian Games namun hanya dengan dukungan dari semua pihak, terutama dukungan publik sebagai suporter.
Dukungan publik merupakan kunci dalam mencapai kemenangan yang diharapkan dalam event-event olahraga internasional. Kita melihat bahwa tuan rumah dalam acara-acara olahraga selalu mendapatkan keuntungan yang dikenal dengan home field advantage.
Analisa yang dilakukan oleh Five Thirty Eight, organisasi yang fokus kepada berbagai perhitungan statistik, menunjukkan bahwa negara yang menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas mendapatkan jumlah medali lebih banyakjikadibandingkan Olimpiade sebelumnya.
Tuan rumah Olimpiade musim panas mendapatkan kenaikan jumlah medali dengan rata-rata 20 medali dan medali emas mereka dengan jumlah 11 medali emas.Kenaikan jumlah medali ini berakibat pada kenaikan peringkat bagi negara tuan rumah. Dalam konteks Indonesia, kita bisa melihat bahwa pencapaian ranking tertinggi Indonesia di Asian Games ialah pada saat Jakarta menjadi tuan rumah di Asian Games 1962.
Kenaikan peringkat ini sangat tajam jika dibandingkan dengan Asian Games 1958 di Jepang, dimana Indonesia bahkan tidak masuk peringkat 10 besar Asia.
Kenaikan jumlah medali dan peringkat ini memiliki banyak penyebab, baik karena tim tuan rumah yang lebih mengenal medan permainan/pertandingan, tim lawan yang memerlukan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam dimana event dilakukan, maupun karena pihak tuan rumah mendapatkan kesempatan untuk bermain di semua cabang.
Di luar dari aspek-aspek tersebut, tuan rumah hampir selalu mendapatkan dukungan publik yang jauh lebih besar daripada tim tamu.
Tapi, dukungan tersebut mustahil muncul jika sebagiandarikitaterusmempraktikkanpolitikpecahbelah yang menyebabkanperpecahansesamaanakbangsa. Kita perlu belajar darinegara-negara lain mengenai bagaimana olahraga berhasil menyatukan mereka. Tentunya hal yang terjadi di negara-negara tersebut berbeda sekali dengan Indonesia saat ini.
Indonesia tidak berada dalam kondisi perangsaudara seperti yang terjadi di Pantai Gading atau diskriminasi atasdasar warna kulit yang terinstitusionalisasi seperti yang terjadi di Afrika Selatan saat itu.
Tapi, politik pecah belah dalam bentuk penyebaran berita fitnah, ataupun hoax secara masif yang kita lihat selama ini digunakan oleh berbagai pihak.
Jika tidak diluruskan arahnya, akan berpotensi memecahkan persatuan bangsa yang memang sangat majemuk ini.
Terkaithaltersebut, Presiden Jokowi selalumengingatkanbahwa kitajangan sampai menjadi bangsa yang tidak rukun hanya karena pilihan yang berbeda dalam pemilihan umum. Asetterbesarbangsainiadalahpersatuan, kerukunan, danpersaudaraan, sepertiyang beliaukatakan di berbagaikesempatan.
Mari kita hadapi mulainya masa pemilihan legislatif dan Presiden 2019 ini dengan penuh sukacita. Kita gunakan momentum Asian Games untuk menyadarkan kita bahwa persaudaraan kita sebagai bangsa jauh lebih berharga daripada perbedaan pilihan politik yang kita miliki.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.