Tribunners / Citizen Journalism
Cara Unik Menjaga Budaya ala Filipina
Filipina merupakan salah satu negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak di dekat pulau Kalimantan dan Sulawesi. Terdiri dari 7.641 pulau, negara
Ditulis oleh Muhammad Afi Ramadhan, mahasiswa International Accounting Program (IAP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Filipina merupakan salah satu negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak di dekat pulau Kalimantan dan Sulawesi. Terdiri dari 7.641 pulau, negara yang beribukota di Manila ini sering mempromosikan wisata bahari sebagai daya tarik utama bagi para turis yang ingin berkunjung.
Namun, terpilihnya Rodrigo Duterte sebagai presiden mereka di 2016 menimbulkan banyak kontroversi bagi masyarakat dunia, salah satunya concern mengenai isu keamanan dan kenyamanan turis asing dalam kunjungannya ke Filipina.
Baca: Demokrat: Demokrasi Sehat Bila ada Regenerasi
Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu saya diberi kesempatan untuk menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam acara 2018 ASEAN-Korea Youth Network Workshop yang diselenggarakan oleh ASEAN-Korea Centre di Seoul dan Manila dengan tema “ASEAN and Korean Youth as drivers of global digitalization yang diikuti oleh 67 peserta dari 13 negara (ASEAN, Korea, Cina, dan Jepang).
Selama 10 hari tersebut kami mengikuti seminar dan diskusi oleh para ahli di bidang digitalisasi dan hubungan internasional, juga berkunjung ke berbagai tempat menarik, eksplorasi budaya, dan kegiatan berkelompok berupa kompetisi pembuatan video dan penyusunan policy proposal.
Setelah 5 hari berada di Seoul, di bagian kedua tulisan ini saya akan bercerita pengalaman kami mengunjungi Metro Manila.
Terdiri dari 16 kota dan 1 municipality (sejenis kabupaten di Indonesia), wilayah seluas 619,57 km2 ini menarik perhatian saya karena adanya kesenjangan sosial yang cukup parah terpampang di depan saya.
Kemegahan gedung-gedung pencakar langit dan jalanan yang rapi layaknya kota metropolitan di dunia menjadi pemandangan indah, namun di sekitarnya diisi oleh pemukiman kumuh dan kurang rapi, persis seperti di Jakarta. Hal ini diperparah dengan kemacetan akut yang menjadi isu utama pemerintahan mereka saat ini.
Baca: Ditanya DPR Kasus RJ Lino, Wakil Ketua KPK: Saya Juga Malu Pak
Selain beraktivitas di Metro Manila, kami juga diberi kesempatan untuk “berlibur” di Las Casas Filipinas de Acuzar yang terletak di Bataan, 3 jam jauhnya dari Manila.
Tempat ini adalah koleksi historis rumah-rumah bergaya Spanyol yang dipugar sedemikian rupa sehingga menyerupai rumah aslinya. Saya tidak pernah berpikir bahwa seorang Jose Acuzar, pemilik tempat ini, mau merestorasi berbagai jenis rumah bernilai historis dan menjadikannya sebagai tempat wisata sejarah, karena selama ini saya hanya berpikir bahwa koleksi sejarah hanyalah sebatas aksesoris ataupun lukisan.
Menariknya, setiap casa (rumah dalam bahasa Spanyol) memiliki cerita unik tersendiri yang diceritakan dengan apik oleh tour guide kami.
Baca: Imam Nahrawi Apresiasi Atlet Juara Dunia Wushu, Karate dan Catur Indonesia
Salah satunya adalah cerita silsilah keluarga Jose Rizal (pahlawan nasional Filipina) yang diceritakan langsung di berbagai ruangan di replika rumahnya. Contohnya adalah cerita bahwa ibunya yang membuang salah satu surat paling bersejarah mengenai ceritanya mendidik anaknya dan melarikan diri melalui jendela di kamar tidur tersebut, sembari dapat merasakan langsung atmosfer sejarahnya karena berada langsung di replikanya.
Kami juga berkesempatan mengikuti aktivitas pengalaman kebudayaan dengan mencicipi makanan tradisional Filipina (alhamdulillah mereka menyajikan yang halal sesuai permintaan saya), mengarungi sungai di sekitaran tempat tersebut dengan boat, dan menaiki jeepney (labi-labi versi Filipina).
Belajar dari kunjungan ini, saya mengharapkan pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk mengeksplor berbagai cara unik dan kreatif dalam menjaga budaya lokal sehingga semakin banyak yang mengapresiasi budaya kita. Semoga!
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.