Tribunners / Citizen Journalism
Menjadi Perempuan Indonesia dan Emansipasi Setengah Hati
Menjadi perempuan Indonesia itu rasanya seperti menjadi warga kelas dua di negeri sendiri. Kita, kaum perempuan, rasanya tidak pernah benar-benar dian

Masyarakat kita memang telah mengalami degradasi nilai-nilai sosial yang luar biasa, terutama terhadap cara pandangnya mengenai perempuan. Di era kerajaan dulu, sebut sajalah era Mataram, Medhang, Singasari hingga Majapahit, perempuan dipandang sebagai sosok agung. Itulah kenapa orang-orang jaman dulu punya banyak dewi untuk dipuja.
Perempuan, terutama ibu, punya peranan penting. Perempuan adalah simbol pemberi kehidupan. Itu sebabnya mengapa mereka menyebut bumi sebagai ibu pertiwi. Karena sifat-sifatnya seperti seorang ibu. Tangguh, kokoh, dan sabar. Meski kerap dipijak, tapi ibu pertiwi tidak pernah berhenti menumbuhkan tanaman-tanaman sebagai sumber makanan, obat-obatan. Itulah kenapa penghormatan terhadap ibu pertiwi demikian besar di masa lalu. Perlu ada ritual saat tanam padi, ada doa yang dipanjatkan saat musim panen dan tidak ada yang berani melakukan pengrusakan pada ibu pertiwi.
Leluhur kita bahkan mengenal kesetaraan gender sejak lama. Itu sebabnya mereka memiliki konsep lingga dan yoni sebagai simbol keseimbangan.
Sungguh, perempuan Indonesia memiliki potensi untuk memajukan bangsa ini. Kita mungkin perlu memulainya dengan mengubah cara pandang kita terlebih dulu mengenai perempuan. Kita perlu paham bahwa perempuan membutuhkan lebih dari sekedar kesetaraan tingkat pendidikan. Kita memerlukan perlakuan yang adil dan setara dengan laki-laki. Perempuan seharusnya tidak lagi dinilai berdasarkan stereotype masa lalu yang lebih mengedepankan masalah fisik dan urusan domestik semata.
Satu hal konkrit yang bisa kita lakukan sebagai perempuan Indonesia adalah mendidik generasi penerus yang berkualitas. Tidak hanya memiliki kepandaian tapi juga kepekaan sosial. Ini bukan peran yang sepele. Ini persoalan keberlangsungan Indonesia untuk puluhan bahkan ratusan tahun mendatang. Semoga dengan peran aktif kita sebagai perempuan yang kritis dan berdaya, kita bisa membawa bangsa ini menjadi lebih tercerahkan. Habis gelap terbitlah terang.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.