Tribunners / Citizen Journalism
Pencegahan Dini dan Deradikalisasi: Teror Untuk Terorisme
Pola terorisme yang terjadi belakangan ini menunjukkan gambaran nyata betapa terorisme sudah tidak lagi memerlukan momen-momen khusus
Bahkan ada pula opini yang menyebut deradikalisasi sebagai program yang ‘mubazir’. Sangkaan ini tentu tidak benar, di usianya yang masih sangat muda, program deradikalisasi telah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan.
Melalui program ini, pemerintah berhasil melakukan cluster untuk napi terorisme, hal ini dilaukan guna mengetahui tingkat radikalisme napi terorisme.
Napi terorisme nyatanya juga tidak hanya ditahan tanpa diberi ketrampilan sama sekali. Ada banyak napi terorisme yang dibekali ketrampilan untuk bekal berwirausaha ketika mereka kembali ke masyarakat nantinya.
Hal ini penting untuk diberikan kepada para napi. Jika mereka memiliki ketrampilan yang baik, mereka akan mampu membuka usaha dan lembaran hidup yang baru, sehingga mereka tidak akan lagi mudah terpengaruh untuk kembali bergabung dengan kelompok-kelompok teroris.
BNPT serius menggarap program ini, hal ini dibuktikan dengan pelibatan tim ahli yang terdiri dari banyak professor dari berbagai latar belakang keilmuan, tokoh masyarakat, hingga berbagai elemen masyarakat untuk ikut membantu mensukseskan program deradikalisasi.
Tulisan ini tidak bermaksud mengkingkari adanya fakta beberapa napi terorisme yang kembali melakukan aksi teror selepas menjalani masa hukuman di lapas, namun perlu ditekankan bahwa para pelaku itu bukanlah representasi yang representatif untuk program deradikalisasi.
Ada banyak mantan napi terorisme yang ‘sukses’ ketika kembali ke masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang berhasil kembali ke masyarakat dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
Beberapa di antara mereka bahkan kini ada yang mulai membuka usaha, atau bahkan mendirikan pesantren yang dikhususkan untuk membimbing para anggota dan simpatitas kelompok teroris agar bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Hal ini telah menjadi catatan serius BNPT, terutama terkait dengan pengembangan metode dan eksekusi program deradikalisasi. Seperti dijelaskan di atas, terorisme adalah kejahatan luar biasa, penanganannya pun perlu dilakukna dengan cara-cara yang luar biasa pula.
Program deradikalisasi tidak mudah untuk dilakukan, terutama karena terorisme ini menyangkut pola pikir seseorang, karenanya fokus deradikalisasi bukan pada tindakan, melainkan mengubah cara pikir dan kognisi orang-orang yang telah terpapar virus radikal.
Pada tahapan tertentu, ada banyak orang yang meyakini bahwa terorisme bukan saja diperbolehkan oleh agama, tetapi juga diwajibkan. Ini tentu disebabkan oleh doktrin-doktrin tidak berdasar yang menyebut bahwa aksi teror merupakan bagian dari jihad untuk membela agama. deradikalisasi, karenanya, bukan hanya fokus untuk mencegah agar aksi-aksi teror tidak perlu terjadi lagi, tetapi –dan ini yang tidak mudah—mengubah keyakinan orang-orang di atas agar mengerti bahwa kekerasan tidak akan pernah bisa digunakan untuk membela tuhan. Tuhan maha kasih dan maha sayang, agama tidak mungkin mengajarkan kekerasan.
Hal lain yang juga menjadi tantangan adalah masifnya peran media. Jaman dahulu, proses radikalisasi dilakukan secara langsung, yakni dengan pertemuan tatap muka di kelompok-kelompok kecil, dilakukan secara intensif dan sembunyi-sembunyi, namun kini tidak lagi. Radikalisasi dapat dilakukan dengan begitu leluasa dengan perantara media.
Data bahkan menunjukkan bahwa 70% dari proses radikalisasi yang terjadi saat ini dilakukan melalui media online, sementara radikalisasi dengan tatap muka hanya tinggal 30% saja.
BNPT sedari awal sudah menegaskan bahwa radikalisme dan terorisme adalah musuh kita bersama, karenanya masing-masing dari kita diminta untuk secara aktif memainkan peran dalam memerangi radikalisme.
Salah satu caranya ialah dengan selalu menjaga kewarasan, yakni dengan lebih mengutamakan positive thinking.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.