Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Majukan Olahrga Ibu bila ingin sukses di Olimpiade

Sebentar lagi, seluruh mata dunia akan menuju ke kota terbesar keempat di dunia, Rio De Janeiro. Kota yang mempunyai sekitar 6,2 juta populasi pendudu

Super Ball/Feri Setiawan
Wakil Ketua Umum KOI, Muddai Madang (keempat kiri) Deputi IV Bidang Olahraga dan Prestasi Kemenpora, Gatot S Dewa Broto (ketiga kiri) Ketua kontingen (CdM) Indonesia, Raja Sapta Oktohari (keempat kanan) bersama atlet berpose bersama saat pelepasan keberangkatan kontingen Indonesia di gedung KOI Jakarta, Rabu (27/7/2016) Rombongan besar kontingen Indonesia, yang akan berlaga di kejuaraan multi event paling bergengsi di dunia yaitu Olimpiade 2016, bertolak menuju Brazil melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu. Super Ball/Feri Setiawan 

Mungkin untuk cabang olahraga populer semisal bulutangkis dan sepak bola sangat mudah untuk mondar- mandir keluar negri untuk mengikuti kompetisi tingkat dunia untuk meningkatkan rangking maupun menambah jam terbang.

Namun, bagaimana cabang olahraga yang maaf kurang populer seperti dayung, layar maupun polo air, padahal, indonesia merupakan negara maritim yang dikelilingi oleh lautan luas.

Kita bisa mencontoh China yang sejak terpuruk di Olimpiade seoul 1988 mulai menggelontorkan dana besar sekitar $260 juta atau Rp 2,46 Triliun untuk program olahraga dan ratusan juta dolar untuk pembanguna akademi olahraga, bakat, psikologi, pelatih asing, serta teknologi dan ilmu pengetahun terbaru.

Cabang olahraga andalan China seperti senam, renang, atletik, bulutangkis dan menembak mendapat perhatian yang besar hasilnya 4 tahun berselah di olimpiade Barcelona 1992, China melesat ke posisi 4 dengan torehan 16  medali emas.  

Sejak saat itu China mulai melesat naik, hingga puncaknya China berhasil menjadi juara umum dengan meraih 51 emas. Latihan yang sangat keras maupun penanaman mental ‘juara’ yang telah mendarah daging serta fsilitas olahraga yang mendukung menjadi kunci awal kemajuan China.

Bahkan, di gymnasium di Nanning ada tulisan kata ‘emas’ tercetak di dinding- dinding tempat latihan yang secara tidak langsung mengingatkan para atlet bahwa takdir hidup mereka adalah menjadi yang terbaik.

Titik kedua, baiknya indonesia harus memberika fokus yang sangat besar kepada cabang olahraga ibu. Peluang meraih medali dari tiga cabang olahraga ini, akuatik, atletik maupun senam tentunya akan mendongkrak perolehan medali indonesia.

Ambil contoh bila indonesia memiliki satu atlet potensial yang mendunia di cabang olahraga renang, atlet tersebut dapat mengikuti lebih dari satu pertandingan semisal 100m gaya kupu- kupu,  200m gaya kupu- kupu, 20 m gaya ganti , 200m gaya bebas, 400m gaya ganti tentunya peluang untuk meraih medali akan terbuka lebar.

Ibaratkannya, kita lebih membutuhkan ‘Lin Dan’ di cabang Renang ketimbang ‘Lin Dan’ di cabang bulutangkis.

Sehebat apapun Lin Dan di cabang olahraga bulutangkis, hasilnya dia hanya menyumbangkan satu medali. 

Tetapi bila indonesia mempunyai ‘Lin Dan’ di cabang olahraga renang/atletik/senam dipastikan 5 emas atau lebih akan jatuh ke tangan Indonesia.

Bagaimana olimpiade Rio De Janero yang akan berlangsung 5 agustus nanti? Apakah Indonesia dengan bermaterikan 28 atlet yang akan berlaga di 11 cabang olahraga mampu membawa kembali medali emas ke pangkuan ibu pertiwi?

Tentunya kita berharap para atlet yang akan berlaga nanti bukan hanya menjadi penyemarak perlombaan akan tetapi menjadi sang juara yang dapat mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di kota terbesar keempat di dunia tersebut. 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved