Rasionalisasi dan Relevansi Pengaturan Pengeras Suara Masjid

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) yakni Jusuf Kalla yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden RI, meminta agar pengeras suara azan masjid tidak digunakan berlebihan. Supaya tidak menganggu orang lain.

Hal tersebut disampaikan JK dalam acara Pelantikan Pengurus Pimpina Wilayah Dewan Masjid Indonesia DKI Jakarta di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Kamis (18/2/2016).

Gagasan yang disampaikan JK selaku Ketua DMI pada Febuari lalu, yang meminta agar masjid-masjid di Indonesia mengatur penggunaan pengeras suara untuk azan dinilai sangat rasional dan memiliki relevansi yang jelas, melihat pada insiden yang terjadi belakangan terakhir ini.

Selain itu, pada dasarnya agama memiliki dua aspek nilai yang begitu penting dan mendasar, yaitu nilai ibadah dan nilai sosial.

Dalam aspek sosial, pengunaan pengeras suara azan harus memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat sekitar.

Jika masjid-masjid di Indonesia mengatur pengeras suara dengan baik, dengan memperhitungkan aspek sosial dari agama demi terciptanya kenyamanan dan ketengan masyarakat sekitar.

Maka sikap intoleransi dan saling membenci sesama antar umat beragama dapat dihindari. Begitulah mengapa harus memperhitungkan aspek sosial demi terciptanya kenyamaan dan ketenangan masyarakat disekitar.

Selain itu, jika pengeras suara diatur sedemikian baik setiap suara azan yang terdiri dari ayat-ayat suci tersebut dikumandangankan akan lebih  terdengar merdu di telinga masyarakat, tidak menghilangkan kesucian azan tersebut.