Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Rasionalisasi dan Relevansi Pengaturan Pengeras Suara Masjid

Insiden pembakaran sejumlah rumah ibadah yang terjadi di Kota Tanjungbalai-Sumatra Utara kemarin pada Jumat (29/7/2016) malam kian santer di media mas

Ditulis oleh : Rizki Irwansyah, Kader Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat

TRIBUNNERS - Insiden pembakaran sejumlah rumah ibadah yang terjadi di Kota Tanjungbalai-Sumatra Utara kemarin pada Jumat (29/7/2016) malam kian santer di media massa dan bahkan berita tersebut mampu bersaing dengan berita-berita Pilkada, Resuffle Kabinet, dan Kicauan Freddy Budiman.

Insiden tersebut bermula dari adanya permintaan seorang wanita Tionghoa setempat, kepada pengurus masjid Al Makhsum Jl Karya, agar mengurangi volume pengeras suara masjid tersebut, entah merasa terganggu oleh suara azan atau suara lainnya.

Setelah mendengar ada keluhanan dari seorang warga Tionghoa, para pengurus dan jamaah masjid selepas melaksanakan shalat isya  mendatangi kediaman wanita itu.

Entah apa yang dibicarakan oleh kedua pihak antara para pengurus masjid dan seorang wanita Tionghoa didalam rumah tersebut, yang akhirnya menimbulkan keributan berkelanjutan.

Karena suasana pada saat itu sudah agak memanas maka keduanya bawa ke kantor lurah oleh aparat desa guna mencairkan suasana.

Akan tetapi rupanya keadaan tidak membaik keduanya diamankan ke Polsek Tanjungbalai Selatan untuk dilakukan mediasi kedua yang melibatkan para Ketua MUI, tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat.

Keadaan mulai membaik setelah mediasi kedua.

Namun suasana kembali mencekam ketika warga kembali mendatangi rumah wanita tionghoa tersebut sekitar pukul 22.30 yang diduga karena adanya informasi dari media sosial (Facebook) terkait postingan provokasi dari warga perihal wanita Tionghoa.

Karena terprovokasi oleh postingan akun media sosial tersebutlah yang kemudian menyulut emosi umat muslim Kota Tanjungbalai-Sumut, untuk melakukan aksi syarat SARA.

Tidak tanggung-tanggung akibat aksi tersebut sejumlah rumah etnis Tionghoa, dan ibadah vihara juga kelenteng, beserta barang-barang yang ada didaerah tersebut hancur akibat amukan massa.

Penulis menyangkan sifat umat islam Tanjungbalai yang merasa kuat karena posisi umat muslim di Tanjungbalai bahkan Indonesia sebagai mayoritas.

Karena hal itulah umat muslim menjadi mudah terprovokasi dan melakukan aksi-aksi spontan yang cenderung reaksioner.

Pengeras Suara yang Tak Sendu.

Merujuk pada akar masalah yang terjadi di Tanjungbalai, Sumut yang mengakibatkan terjadinya konflik yang seksi (Sara) di Indonesia.

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved