Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Demam Pokemon Go

Berlari lalu Terkadang Berjingkrak! Simulakra Pokemon, Ketika Manusia Mengejar Dunia Imajiner

Realitas berbalik secara radikal, dunia yang dikejar kini ada di dalam layar.

Editor: Robertus Rimawan
TRIBUN JATENG/CETAK
Penulis Opini, Udji Kayang. 

Fenomena Pokemon Go, jika serta-merta dibiarkan, bisa saja menjelma menjadi problem perkotaan.

Selama ini, masyarakat urban lazim dianggap memiliki sikap hidup yang cenderung individualis/egois (Mansyur, 1980: 107).

Kendati begitu, interaksi sosial di antara mereka masih berlangsung walau motif yang ada seringkali materialistis dan ekonomis.

Nah, setelah kehadiran Pokemon Go, dapat dibayangkan, bagaimana kalau masyarakat perkotaan ramai-ramai memainkannya?

Setiap orang sibuk berjalan sendiri sambil menunduk menghadap gawai. Mereka berjalan tak tentu arah.

Terkadang berhenti untuk berjingkrak sesaat (pertanda berhasil menangkap Pokemon), lalu berjalan kembali tanpa merasa perlu memerhatikan lingkungan sekitar.

Meminjam terminologi populer Ulrich Beck, masyarakat modern adalah masyarakat yang penuh risiko.

Kemajuan teknologi, dalam kasus ini adalah Pokemon Go, bukan hanya menjadikan masyarakat perkotaan semakin individualis, tetapi juga menyibukkan diri pada aktivitas-aktivitas imajiner.

Realitas telah dicerabut dari masyarakat pemburu Pokemon.

Mereka jadi semakin transenden.

Realitas berbalik secara radikal, dunia yang dikejar kini ada di dalam layar.

Di sisi lain, segala gerak fisik dan perpindahan di dunia luar layar dipandang secara instrumental, yakni sekadar alat untuk mencapai dunia baru: dunia Pokemon.

Satu hal yang patut disyukuri dari Pokemon Go, transendensi para pemain bisa mengarah kepada religiositas.

Dalam permainan tersebut, ada beberapa lokasi yang dijadikan monumen Pokestop atau tempat para pemain mendapatkan item seperti Pokeball untuk menangkap Pokemon dan sebagainya.

Di Indonesia, Pokestop dimonumentasikan di banyak tempat publik. Menariknya, selain sekolah dan patung/tugu, Pokestop juga berlokasi di rumah ibadah. Terlepas dari agenda pencerabutan masyarakat modern dari realitas, kiranya kita perlu berterima kasih kepada Pokemon Go.

Setidaknya, permainan itu mengarahkan si pemain ke rumah ibadah, menuju Tuhan, kendati tertutup oleh motivasi mencari Pokeball. (tribunjateng/cetak)

Sumber: Tribun Jateng

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved