Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Banyak Pendidik Belum Sadar Pentingnya Gerakan Literasi di Sekolah

Salah satu kendala menggerakkan literasi di Indonesia, adalah masih banyak pendidik yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya gerakan literasi di sek

Ditulis oleh : Mustajib

TRIBUNNERS - Salah satu kendala menggerakkan literasi di Indonesia, adalah masih banyak pendidik yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya gerakan literasi di sekolah.

Setelah adanya sertifikasi seharusnya pendidik lebih banyak mengalokasikan dana untuk beli buku, dan bukan untuk memenuhi belanja konsumtif.

"Kalau sadar, alokasi dana untuk beli buku para pendidik meningkat signifikan, namun sepertinya di lapangan tidak demikian,” ujar Yunus Abidin, dosen Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang datang ke Makassar dalam rangka menyusun modul literasi untuk sekolah rujukan USAID PRIORITAS beberapa waktu yang lalu, Sabtu.  

Menurut dosen yang telah mengarang buku-buku tentang literasi ini, seperti  Pembelajaran Membaca (2012), Pembelajaran Multi Literasi (2015) yang diterbitkan oleh PT Refika Aditama Bandung, selain banyak guru belum sadar pentingnya gerakan literasi, beberapa guru yang sudah sadar juga belum mengenal strategi-strategi membaca efektif untuk para siswa.

“Pembinaan untuk guru dalam menggerakkan literasi di sekolah  sangat diperlukan,” ujarnya.

Membaca Efektif

Menurutnya, untuk guru sekolah dasar pada kelas tinggi yaitu kelas empat, lima, dan enam, sudah harus mampu memfasilitasi membaca efektif pada siswa.

“Untuk gerakan literasi sekolah, para guru tidak lagi boleh sekadar menyuruh siswa membaca, lalu meninggalkan begitu saja, atau hanya menyuruh siswa menjawab pertanyaan di buku-buku itu sebagai tugas. Kegiatan membaca yang efektif memiliki strategi tersendiri,” ujarnya.

Dia membagi kegiatan membaca agar bisa efektif menjadi tiga fase. Pertama, fase prabaca.

Menurutnya, pada fase ini para siswa diajak dahulu oleh guru mengenal buku dengan pertanyaan-pertanyaan pemandu atau apersepsi, membuat prediksi atau perkiraan-perkiraan tentang isi buku atau membuat pertanyaan-pertanyaan sendiri dan mencoba dijawabnya sendiri, lewat prediksinya.

Kedua, fase membaca. “Pada fase membaca, siswa bisa menguji prediksinya, apakah benar atau tidak, mendiskusikan isi dengan teman-temannya, menganalisis informasi, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan menggali isi bacaan,” ujarnya.

Fase ketiga yaitu fase pasca baca, siswa diajak untuk menulis hasil bacaannya secara kreatif, dengan membuat beragam karya-karya kreatif, seperti pamflet, poster, komik, resensi atau rangkuman berdasarkan bahasanya sendiri.

“Jangan menggunakan pertanyaan-pertanyaan di teks, tapi meminta siswa secara kreatif mengkreasi sendiri karya dengan bahasa sendiri dan disesuaikan konteksnya sendiri,” ujarnya.

Dengan cara demikian, siswa akan lebih mampu memahami isi bacaan, dan secara kreatif memproduksi sendiri bacaan. “Jadi ketrampilan membaca dan menulisnya terasah,” ujarnya. 

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved