Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Mati Ketawa Ala Jenderal Kivlan Zein

Menurut Gus Dur, konflik horizontal di sejumlah daerah di Indonesia, terutama di Ambon, terjadi karena "dikompori" tentara. Dalangnya Mayjen K

Amriyono Prakoso/Tribunnews.com
Kivlan Zein 

Mereka tidak boleh mendapatkan banyak uang dari padi, dari jagung, dari kedelai, dari cengkeh, dari karet, dari kelapa sawit, dan tanaman-tanaman lain yang ditanam.

Soal Budiman (dalam hal ini yang dimaksud adalah Budiman Sudjatmiko, mantan pentolan PRD yang kini menjadi politisi PDI Perjuangan), lelucon Kivlan lebih lucu.

Budiman, setidaknya berdasarkan data pribadinya yang bisa diakses oleh siapa saja dari situs resmi DPR RI, http://wikidpr.org, tidak pernah bersekolah di Rusia, atau di Cekoslovakia. Dia kuliah di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, lalu melanjutkan studi master dan doktoral di University of London dan Cambridge University.

Lantas pernahkah Budiman bersentuhan dengan Rusia? Dari buku-buku barangkali iya. Dari diskusi-diskusi barangkali juga iya. Tapi secara akademik tidak. Persisnya, tidak secara resmi. Yang pernah justru kolega kental Kivlan, Fadly Zon.

Dari situs yang sama, Fadly Zon disebut pernah menempuh pendidikan sarjana di program Sastra Rusia Fakultas Sastra (sekarang Ilmu Pengetahuan Budaya) Universitas Indonesia. Ia juga pernah ke Rusia dan berfoto di makam Karl Marx.

Namun paling meledakkan tawa adalah komentar Budiman Sudjatmiko sendiri. "Enggak perlu ditanggapi, malah mengurangi kecerdasan bangsa Indonesia. Bangsa ini sudah membangun, terus tiba-tiba ada orang yang sudah lewat zamannya ngomong hal yang enggak penting."

Begitulah, Budiman Sudjatmiko memilih tak peduli. Pun demikian Goenawan Mohamad, yang setelah menyebut otak "jenderal pensiunan itu sudah berkarat", ditantang berdebat oleh Kivlan. Mereka barangkali memang menganggap Kivlan sekadar sedang mengocehkan omong kosong, tak perlu terlalu serius ditanggapi.

Sementara itu, Kivlan Zein memang tetap saja melucu. Paling anyar, ia dengan begitu lantang berpidato di tengah massa FPI. Menyerukan perang.

Gawat? Semestinya demikian. Tapi nyatanya, setidaknya sampai sejauh ini, pemerintah bersikap tenang-tenang saja. Agaknya mereka pun berpikiran seperti Budiman dan Goenawan.

Tak apalah Kivlan teriak-teriak. Biarkan saja. Toh, kita butuh hiburan. Setidaknya ada pilihan selain nonton Uttaran.

twitter: @aguskhaidir

Sumber: Tribun Medan

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved