Tribunners / Citizen Journalism
Empat dari Sepuluh Anak di Dunia Mengalami Diskriminasi
Hampir 40 persen orang dewasa di seluruh dunia mendapatkan diskriminasi ketika masih anak-anak karena alasan jenis kelamin, etnis, agama, menyandang
Melalui kampanye global dan nasional ini Yayasan Tunas Cilik dan Save the Children menyeru kepada para pengambil keputusan di tingkat keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat, pihak non pemerintah dan dunia internasional untuk memastikan agar anak-anak miskin dan termarjinalisasi dapat mengakses layanan dasar yang dapat menyelamatkan jiwa mereka, dan membantu mereka tumbuh kembang dalam lingkungan yang aman, untuk menjadi manusia berkualitas.
Kampanye ini menyerukan para pemimpin dunia untuk berkomitmen terhadap tiga jaminan dasar, yaitu pembiayaan yang adil, sehingga layanan penting dibiayai secara berkelanjutan untuk semua pemanfaat, perlakuan yang sama bagi semua anak, dan bagi para pengambil keputusan untuk akuntabel terhadap kebijakan yang diambil.
Di bidang kesehatan, di Indonesia saat ini sekitar 147.000 anak meninggal setiap tahun sebelum mencapai ulang tahun yang kelima.
Sebanyak 8.800 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia saat atau segera setelah melahirkan.
Dengan tingkat ilmu dan teknologi dunia saat ini, banyak dari kematian ibu dan bayi sebenarnya terjadi karena sebab yang dapat dicegah.
Ibu dan anak di keluarga paling miskin dan tinggal di daerah terpencil Indonesia, seperti di beberapa wilayah timur Indonesia saat ini belum mendapatkan layanan kesehatan yang memadai untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi.
Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan secara umum masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan, kelompok miskin, menghadapi tantangan tertinggi.
Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup di Provinsi Papua Barat tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Riau (74 vs 25).
Kematian bayi baru lahir per 1000 kelahiran hidup tiga kali lebih tinggi di Maluku Utara (37) dibandingkan dengan Kalimantan Timur (12). Sementara prevalensi anak pendek (stunting) di NTT adalah lebih dari 50 persen, jauh di atas angka nasional 37.2 persen.
“Sudah jelas, bahwa akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tidak memadai merupakan tindakan diskriminatif yang sama pentingnya dengan diskriminasi berdasarkan gender, etnis, agama dan penyandang disabilitas," ujar Selina Patta Sumbung, Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik.
"Kami akan mendukung Pemerintah Indonesia untuk selalu berpihak pada anak-anak ini, dengan melakukan berbagai terobosan dalam upaya kelangsungan hidup anak, memastikan kualitas pendidikan sejak dini, dan melindungi anak dari kekerasan," lanjutnya.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.