Minggu, 5 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Ledakan Bom di Sarinah

Alasan Petani Kakao Sulit Dipengaruhi Menjadi Teroris

Kita miris melihat apa yang terjadi di Sarinah. Sekelompok orang sengaja berada di tempat yang cukup ramai tersebut untuk menghabisi nyawa orang lain.

Tribunnews.com/Eri Komar Sinaga
Calon wakil presiden, Jusuf Kalla, Kamis (12/6/2014) pagi, mengunjungi Komunitas Petani Kakao di Desa Kalukku, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat. 

Beberapa petani di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, dengan pendapatan dari kakao bisa menunaikan ibadah ke tanah suci, membeli mobil mewah  dan menyekolahkan anak hingga sarjana.

Baginya, mengorbankan hidupnya terlalu buruk untuk kehidupan yang selalu penuh harapan.

Sementara dalam kehidupan seorang terorisme, semuanya serba pesimistis.

Mereka hidup dalam dunia yanag tidak memberikan kegembiraan, semuanya adalah dajjal. Tidak ada harapan. Sehingga kehidupan penuh keindahan ada di dunia nanti.

Sementara petani kakao hidup lekat dengan alam. Sehingga mereka mampu melihat kebersaran Tuhan dari kehidupannya sehari-hari.

Udara yang segar dan lembab. Kebun yang indah. Burung-burung yang bersarang di pohon kelapa yang menjadi penaung tanaman kakao.

Ketika Tuhan itu begitu indah, sangat agung dalam kehidupanya yang lekat dengan alam dan pertanian maka rasanya mustahil Tuhan memberikan perintah untuk menghancurkan hal yang ia ciptakan, merusak tananan.

Tuhan terlalu besar untuk dibela seorang terorisme ketika ia mampu membuat sebuah tatanan yang harmonis terbentang dalam bentuk perkebunan kakao dan pemandangan yang melatarbekalanginya.

Adanya Relasi

Ketika kakao menjadi sebuah bahan baku untuk sebuah produk global membuat petani kakao beradal dalam lingkungan yang terbuka.

Seorang petani kakao di Sulawesi sekali waktu akan bertemu dengan seorang asing yang ramah dan memberikan pengertahuan.

Orang Bugis, petani kakao asal Soppeng akan bermitra dengan seorang pedagang orang warga Tionghoa yang memiliki latar belakang budaya dan agama yang berbeda.

Orang Tolaki berinteraksi dengan orang Toraja dalam tata niaga kakao. Lalu seorang dari Amerika melakukan tatap muka dengan petani kakao.

Ketika mereka berinteraksi dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang ras, suku dan agama maka akan memberikan persepsi yang lebih humanis dalam diri seorang petani kakao.

Siapapun dan apapun sukunya dapat menjadi saudaranya yang memberikannya kehidupan.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved