Tribunners / Citizen Journalism
Keakraban Jokowi-Xi Jinping
Selama pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, terlihat sekali keakraban antara Presiden Jokowi dng Presiden Xi Jinping dari Tiongkok.
Editor:
Rachmat Hidayat
Dengan realitas di atas, jangan sampai, keakraban Jokowi-Xi membuat Indonesia justru lebih memilih ekspor ke Tiongkok daripada memenuhi kebutuhan domestik, seperti yang terjadi pada gas alam. Akibatnya antara lain, industri pupuk dan keramik kita kesulitan pasokan gas alam.
Jangan sampai program hilirisasi tambang juga gagal karena mineral mentah dijual ke Tiongkok. Industri nasional harus tetap menjadi prioritas supaya tidak menjadi korban kemesraan kita dengan Tiongkok.
2. Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa perlu diberi kenyamanan bahwa Indonesia tidak lari dari mereka. AS dan Uni Eropa memang rewel, bawel, dan cenderung mendikte dalam banyak isu, terutama AS. Sementara Tiongkok lebih fleksibel.
Namun, pasar keuangan dunia tetap didominasi AS, Uni Eropa dan negara pro-Barat lain seperti Jepang dan Singapura. Jika pelaku pasar keuangan jadi takut karena Indonesia dianggap lari dari Barat, kerugiannya besar sekali.
Dollar AS menguat sedikit saja, Rupiah sudah anjlok 15-19% dan membuat stabilitas APBN terganggu karena rendahnya penerimaan pajak. Bisa dibayangkan akibatnya jika Indonesia ditinggal pelaku pasar karena dianggap terlalu kiri dan terlalu mesra dengan tiongkok.Selain itu, AS masih tetap menjadi pasar ekspor utama Indonesia.
Saya melihat pemerintahan Jokowi kurang sreg dengan "lembaga boneka" AS dan Uni Eropa seperti Bank Dunia dan IMF. Saya sendiri sudah sejak lama melawan dominansi kedua lembaga tersebut dalam kebijakan ekonomi Indonesia.
Meski demikian, Indonesia tetap harus bermain cerdas. Indonesia justru harus mampu memaksimalkan keuntungan dari persaingan AS, Uni Eropa dan Jepang vs Tiongkok. Apalagi saat ini AS dipermalukan karena sekutu utamanya seperti Inggris dan Australia membelot ikut menjadi Anggota Pendiri Asian Infrastruktur Investment Bank (AIIB) yg dimotori China dan ditentang AS.
Intinya, jika cerdas, Indonesia mendapat manfaat. Jika konyol, Indonesia akan terinjak-injak oleh raksasa yang sedang bertarung.
3. Jangan tinggalkan Jepang dan mulai dekati Rusia.
Jepang juga "terkucilkan" dalam kancah AIIB. Selama KAA, PM Shinzo Abe juga seperti tersisihkan oleh Presiden Xi. Tapi jangan lupa, sekitar 1/3 utang Indonesia itu kepada Jepang dan berdenominasi Yen.
Jepang juga sudah terbukti menjadi mitra ekonomi yang bisa dipercaya. Terhadap Rusia, Indonesia terlihat masih menjaga jarak. Saat ini Rusia perlu teman, dan banyak manfaat yang bisa diperoleh dari peningkatan hubungan ekonomi dengan Rusia. Misalnya saja dalam bidang industri pertahanan, dirgantara, metalurgi, perdagangan hasil perkebunan dsb.
Energi nuklir tentu tidak termasuk, karena Indonesia berada pada jalur "ring of fire". Namun ada catatan, soal Crimea dan Ukraina, Indonesia berpegang teguh pada prinsip integritas teritorial untuk menjaga kesatuan teritorial kita sendiri.
4.Jangan sampai manfaat hubungan denga Tiongkok hanya dinikmati oleh kelompok usaha tertentu. Ada beberapa konglomerat yang memiliki lobi sangat kuat di Tiongkok. Siapa berhubungan dengan siapa sudah menjadi rahasia umum di kalangan konglomerat tsb.
Mereka memang mendorong agar Indonesia lebih merapat ke Tiongkok. Dengan kekuatan lobinya di kedua negara, proyek-proyek kerjasama dengan Tiongkok bisa didisain untuk keuntungan mereka, misalkan memberikan capital gain terhadap tanah yang mereka kuasai, memperluas akses pembiayaan dan pasar mereka dst.
Jangan sampai negara hanya diperalat mrk utk memperbesar konglomerasi saja, sementara masyarakat umum hanya mendapat sedikit manfaat.
5. Perlu memastikan realisasi program, bukan hanya sebatas MoU. Tiongkok baru saja meneken kerjasama dengan Pakistan untuk membangun Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan. Nilai investasi yang akan ditanam Tiongkok adalah USD 46 miliar.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.