Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Revolusi Mental Butuh "Geraham Butati "

Basis norma Penguatan adalah pendekatan indonesianis yang lentur, luwes, longgar dialirkan ke semua lapisan dan komponen bangsa.

Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
KONSER SALAM 2 JARI - Puluhan ribu simpatisan pendukung Capres-Cawapres Jokowi-JK No 2 antusias acungkan Salam 2 Jari ketika Capres Jokowi ngumandangkan orasi politiknya dalam acara Konser Salam 2 Jari yang didukung oleh ratusan artis papan atas, Sabtu (5/7/2014) yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. (TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO) 

Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

Sikap dasar menggelorakan Rental Serangga atau Revolusi Mental Sekarang Juga mendesak dianjungkan mengingat kondisi penata laksanaan hubungan bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang menjauh dari nilai nilai jatidiri bangsa.

Fenomena Narkoba Obat Terlarang Nikotin SARA Terorisme Onar Pornoaksi atau NONSTOP yang mengancam generasi bangsa, kekerasan fisik antar anak bangsa di level pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, kekerasan simbolik dan non verbal antar komponen bangsa adalah beberapa catatan buram dari kalaidoskop kontemporer perilaku anak bangsa yang memprihatinkan.

Kita membutuhkan energi baru untuk memulihkan benteng imunitas nasional yang bersandar pada penguatan pilar pendidikan di Sekolah Masyarakat Pemerintah atau P3 SMP.

Basis norma Penguatan adalah pendekatan indonesianis yang lentur, luwes, longgar dialirkan ke semua lapisan dan komponen bangsa.

Kita semua telah berbuat yang terbaik sesuai kewajiban asasi dan tupoksi, namun tantangan jaman yang luar biasa dan derasnya intervensi kepentingan global ikut mempengaruhi dan menciderai norma modal cara bangsa kita mewujudkan cita cita kemerdekaan.

Sebelum defisit ketahanan nasional bertambah secara eksponensial perlu dipertimbangkan cara cara terobosan kreatif untuk memadupadankan semua potensi nasional dalam satu tarikan napas.

Secara sederhana Revolusi Mental  dapat dimulai dari Gerakan Bangun Pagi.

Kebiasaan Anak Bangsa terlambat bangun pagi menyebabkan kurang berfungsinya solar fleksus sebagai piranti penguat kesamaptaan jasmani rohani.

Beberapa manfaat kerja solar fleksus pada pertumbuhan sel intelektual, kecakapan kerjasama dan komunikasi, kepekaan pada nilai kemanusiaan, kepadatan sel tulang dan pembiasaan VO2 max yang cukup, menjadi hilang karena anak bangsa relatif bangun diatas jam 4.20 WIB.

Sisi ketertinggalan dimensional bangun pagi berkontribusi pada ketidaksiapan generasi bangsa mengelola tantangan jamannya, kurang disiplin, tidak fokus dan kurang sigap adalah penanda eksesnya.

Sarapan pagi yang berlebih unsur Karbohidrat dan Sajian Kantin Sekolah yang tidak mencukupi kadar sehat sederhana cukup gizi dan kuliner junk food beraroma global yang tidak inline dengan darah nadi air tubuh manusia indonesia atau DNA Indonesia, ikut menyumbang naiknya kimia darah yang menyulitkan penguraiannya karena pembakaran kalori terhambat akibat minimnya aktifitas fisik dan kegiatan olahraga.

Meski kekerasan disumbang multi faktor, kita memerlukan gerakanan nasional Bangun Pagi dan Makanan Sederhana Sehat Solutif.

Kekerasan juga disumbang oleh fenomena WYSIWYG atau What You See Is What You Get (baca Wizziwig). Anak-anak adalah peniru terbaik di jamannya.

Tontonan Kekerasan di TV, video dan sarana permainan niredukasi juga menyumbang kemunculan kekerasan antar anak bangsa.

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved