Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pembantaian Rohingya di Myanmar

Jusuf Kalla: Kita Bisa Mendesain Masa Depan Rohingya

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengingatkan pentingnya membangun harmoni baru

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Jusuf Kalla: Kita Bisa Mendesain Masa Depan Rohingya
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (kanan) bersama mantan wakil presiden Jusuf Kalla usai melakukan pertemuan dikediaman Jusuf Kalla di Jakarta Selatan, Minggu (23/9/2012). Pertemuan ini dipergunakan Ahok (panggilan akrab Basuki) untuk mendengar pengalaman Jusuf Kalla dalam menjalankan pemerintahan dan mengambil keputusan secara cepat dan tepat. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Yadi Jentak – Asisten Pribdi Jusuf Kalla dari Doha, Qatar

 TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengingatkan pentingnya membangun harmoni baru untuk menciptakan perdamaian di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Hal ini diperlukan agar para pengungsi dan korban akibat konflik antar etnis rohingya dan rakhine yang terjadi juni 2012 lalu bisa kembali hidup berdampingan di kampung-kampung mereka.

Pernyataan Jusuf Kalla (JK) ini disampaikan pada pembukaaan pertemuan konsultasi ke-2 untuk mencari solusi penyelesaian konflik di Rakhine, Myanmar, yang dilaksanakan di Hotel Oryx Rotana Doha, Qatar kamis (4/10/2012). Pertemuan ini digagas OKI bekerjasama dengan Qatar Charity sebuah lembaga nirlaba terbesar di Qatar yang bergerak memberikan bantuan kemanusiaan di sejumlah Negara.

“Kita tidak bisa membantu pihak tertentu saja, tetapi kedua pihak yang bertentangan harus mendapatkan perhatian. Hanya dengan begitu, harmoni baru dan perdamaian akan terwujud” tegas JK dalam pidato pembukaannya.

Menurut JK, krisis Rohingnya mempunyai dimensi budaya, sejarah, etnik dan agama sehingga perlu strategi dan penanganan khusus. Ketika komponen agama muncul sebagai salah satu factor penyebab konflik, permasalahan akan berpotensi menular keberbagai belahan dunia. Kasus film “The Innocent Moslem”menggambarkan dengan jelas fenomena ini.

 Dalam konteks Rohingnya, baru-baru ini terjadi pembakaran puluhan kuil Budha di Bangladesh yang diduga dilakukan oleh pengungsi Rohingnya. “Intinya, penyelesaian harus dilakukan dengan cepat supaya tidak menyebarkemana-mana” ungkap JK.

Sebelum pertemuan di Doha, pada awal agustus lalu di Kuala Lumpur, Malaysia, OKI bersama sejumlah lembaga kemanusiaan menggelar pertemuan konsultasi membahas upaya penyaluran bantuan kemanusiaan di Rakhine, Myanmar. “Dua bulan yang lalu, kita sudah sepakat di Kuala Lumpur, sekarang saatnya kita melaksanakan langkah nyata” tambah JK.

Jusuf Kalla kembali mengulas, bahwa Myanmar sudah lebih dari 30 tahun dipimpin oleh pemerintahan otoriter, Myanmar  begitu tertutup. Sehingga upaya bantuan tidak bisa dilakukan dari luar dengan berbagai tekanan politik dengan menggunakan isu human right (HAM) dan lain sebagainya. Tekanan politik hanya akan membangkitkan resistensi,  dan ini tidak produktif bagi upaya menyelesaikan konflik Rohingnya. Upaya bantuan harus dilakukan dari dalam, kita harus hadir di Myanmar. OKI dan PMI berencana mendirikan perwakilan bersama di Myanmar, untuk memfasilitasi bantuan dari komunitas Muslism dan masayarakat dunia.

JK  mengungkapkan, bahwa dalam suatu pertemuan dirinya dengan Presiden Myanmar Thein Sien pertengahan agustus lalu di Istana Kepresiden Myanmar, Thein Shien menanyakan kepadanya  mengapa dunia selalu mengkritik dan mengutuk Myanmar. JK pun menjawab bahwa kritik tersebut muncul karena Myanmar  begitu tertutup sehingga perlu lebih membuka diri. “Terimakasih atas masukannya” jawab U TheinSein. Yang menarik, dalam pidatonya di PBB pekan lalu, Presiden Myanmar  menyampaikan pentingnya keterbukaan dan membangun harmonibaru di Myanmar. “Mereka telah melakukan perubahan, dan kita harus memberikan apresiasi” kata JK.

Menurut JK, kita tidak bisa mengubah sejarah dan budaya masayarakat di Myanmar, tetapi kita bisa membantu mereka mendesain masadepannya. Saat ini ada sekitar 60.000 orang  pengungsi dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan pengalaman Indonesia, apabila para pengungsi tersebut dibiarkan hidup tertekan selama lebih dari 6 bulan, maka yang terjadi adalah depresi yang parah dikalangan para pengungsi yang bisa memunculkan kerusuhan baru yang lebih brutal. Kemarin ini muncul kasus baru yang menelan 4 korban jiwa di Sittwe, Ibukota Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

JK meminta kepada peserta pertemuan konsultasi OKI untuk kasus rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, untuk segera bertindak cepat, melaksanakan program jangka pendek dan jangka panjang membantu penyelesaian konflik komunal tersebut agar tercipta harmoni dan perdamaian. “Kita jadikan perdamaian di Rakhine sebagai kontribusi dunia Islam bagi dunia” kata JK menutup pidatonya.

Dalam pertemuan di Doha yang dihadiri oleh sekitar 30 organisasi dari hampir 15 negara-negara di kawasan Timur Tengah tersebut, Indonesia  selalu menjadi referensi dan JK selalu menjadi tokoh sentral. Baik CEO Qatar Charity Yusuf Bin Ahmed Al-Kuwary yang menjadi host acara, maupun Wakil Sekjen OKI Atta Al-Manan Bakhit menyatakan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Jusuf Kalla yang telah berhasil membuka komunikasi dan meyakinkan Presiden Myanmar Thein Sien, sehingga berbagai program bantuan dapat terlaksana.

TRIBUNNERS POPULER

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved