Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pembiaran Benih-benih Terorisme Sebuah Perjudian Konyol

Pembiaran terhadap benih-benih terorisme adalah sebuah perjudian konyol bagi masa depan negara.

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Pembiaran Benih-benih Terorisme Sebuah Perjudian Konyol
KOMPAS.com/VITALIS YOGI TRISNA
Polisi bersama tim INAFIS mengamankan sejumlah barang bukti dari lokasi penggerebekan rumah terduga teroris di Kampung Warung Jambu RT 3 RW 8, Desa Susukan, Bojong Gede, Bogor, Senin (10/9/2012). Penggerebekan yang dilakukan Densus 88 pada pukul 09.00 pagi ini merupakan hasil pengembangan atas penyerahan diri Muhammad Thorik yang menyerahkan diri ke Pos Polisi Tambora Jakarta Barat semalam. KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA

Akhirnya, sambil menunggu ketegasan sikap pemerintah, perlu diingatkan bahwa rangkaian penangkapan terhadap sejumlah terduga teroris akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya instabilitas nasional terus tereskalasi. Maka, kewaspadaan seluruh elemen masyarakat harus ditingkatkan, karena terbukti bahwa sel-sel terorisme terus berkembang dan meluas.

Fakta-fakta terbaru mengenai identitas terduga teroris menunjukan bahwa mereka bukanlah orang lama, melainkan anggota baru berusia belia. Dari fakta itu bisa dibuat kesimpulan bahwa proses perekrutan dan pelatihan calon-calon pelaku teror terus berlangsung. Kalau fakta ini tidak direspon sebagaimana mestinya, berarti ada yang salah pada sistem hukum dan sistem pengendalian keamanan negara.

Fakta lain yang juga harus digarisbawahi semua pihak adalah jaringan kelompok-kelompok terduga teroris yang diyakini terus meluas. Negara dan semua elemen masyarakat harus memberi respons yang tegas-lugas terhadap kecenderungan ini. Kalau responsnya minimalis seperti sekarang ini, sama artinya negara dan rakyat membiarkan terjadinya eskalasi atas potensi-potensi yang bisa menjadi penyebab instabilitas nasional.

Fakta tentang terduga teroris jangan direduksi dengan faktor lain, seperti keyakinan atau kepentingan sempit lainnya. Kalau bukti hukumnya menunjukan yang bersangkutan terduga teroris, dia harus diperlakukan sebagai terduga teroris, tanpa harus dikaitkan dengan keyakinan yang bersangkutan.

Munculnya tindak kekerasan dan teror diberbagai daerah akhir2 ini setidaknya menimbulkan berbagai dugaan. Paling tidak, ada 3 (tiga) kemungkinan terkait kinerja intelejen kita.

Pertama, kinerja aparat intelejen kita memang telah merosot tajam dan tdk lagi bekerja profesional seperti masa orde baru dulu yg mampu mendektesi secara dini setiap gerakan yg dinilai berpotensi mengganggu stabilitas nasional.

Kedua, aparat intelejen kita telah bekerja dg benar dan profesional, namun setiap laporan analisa dan perkiraan keadaan (kirka) mereka tdk ditindak lanjuti dan masuk keranjang sampah.

Ketiga, operasi intelijen kita masih dipengaruhi oleh kepentingan politik 'kekuasaan' yg tidak menjamin obyektifitas analisis dan profesionalisme. Sehingga tdk tertutup kemungkinan, justru diciptakan utk melakukan tugas2 kotor kekuasaan. Dalam dunia intelejen biasa disebut dg istilah Black Cell Task Force. Tugas mereka antara lain melakukan kontra intelejen terhadap lawan politik pemerintah atau pihak oposisi, pembusukan dan pengalihan isu manakala ada opini negatif yg mengancam kekuasaan.

TRIBUNNERS POPULER

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved