Pasar Klewer Solo, Sentra Batik Legendaris yang Tetap Hidup di Tengah Kota Surakarta
Hiruk pikuk suara pedagang bersahutan terdengar di gang sempit nan padat di sentra batik Pasar Klewer, Surakarta, Rabu (23/7/2025)
Penulis:
timtribunsolo
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM – Hiruk pikuk suara pedagang saling bersahutan terdengar di gang sempit nan padat di sentra batik Pasar Klewer Solo, Rabu (23/7/2025).
Aroma khas kain baru dan batik menyeruak begitu kuat, menyambut setiap langkah pengunjung yang menyusuri selasar pasar tekstil terbesar di Jawa Tengah ini.
Pasar Klewer terletak tak jauh dari Keraton Kasunanan Surakarta, tepatnya di Jalan DR. Radjiman No. 5A, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.
Pasar ini telah menjadi pusat denyut nadi perdagangan batik dan kain sejak puluhan tahun silam.
Berdiri megah dengan empat lantai, saat ini Pasar Klewer memiliki lebih dari 2.000 kios dan los aktif yang menjual berbagai produk tekstil seperti batik tulis, batik cap, kain jumputan, hingga pakaian jadi serta aksesoris tradisional.
Tribunners dapat memarkirkan kendaraan di area sekitar Pasar Klewer, atau menggunakan fasilitas basement lantai 1 sebagai area parkir.
Dari basement, pengunjung bisa langsung naik ke lantai dua, tempat deretan kios batik mulai dari batik cap hingga batik tulis terpajang rapi.

Di lantai tiga, nuansa perdagangan batik masih berlanjut, dengan pilihan produk yang semakin beragam.
Beranjak ke lantai empat, Tribunners akan disambut tidak hanya dengan dagangan batik, namun juga deretan kuliner khas Solo yang menjadi harta tersembunyi (hidden gem) dari pasar ini.
Makna Nama Klewer dan Sejarahnya
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Pasar Klewer mulai berkembang sejak masa pendudukan Jepang pada tahun 1942. Saat itu, pasar dikenal dengan nama Pasar Selompretan, yang berasal dari kata “slompret” dalam Bahasa Jawa, berarti terompet.
Baca juga: Berburu Cenderamata dan Kuliner dari Balik Tembok Keraton Solo
Kepala Pasar Klewer, Darmawan Yulianto (47), ia menjelaskan asal-usul penamaan pasar dalam wawancara eksklusif.
“Pada masa itu, pasar berada di sekitar Keraton, dan banyak orang datang dengan berkuda. Petugas parkir saat itu menggunakan peluit mirip terompet, sehingga dinamakan Pasar Selompretan,” ujarnya.
Sebelum berdiri permanen, para pedagang batik dulunya berjualan secara tidak resmi di sekitar Alun-Alun Utara dan halaman Keraton Kasunanan Surakarta.
Seiring pertumbuhan ekonomi, kawasan tersebut kemudian ditertibkan dan dijadikan pusat tekstil.
Nama “Klewer” muncul karena metode menjajakan kain kala itu.
“Kain digantung atau menjuntai di bahu, dalam bahasa Jawa disebut kleweran, dari situlah nama Pasar Klewer berasal,” tambah Darmawan.
Pasar Klewer resmi berdiri secara permanen pada Kamis (9/6/1971), dengan dua lantai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto kala itu.
Sejak dibangun pada 1971, pasar ini belum pernah mengalami renovasi besar hingga insiden kebakaran besar pada tahun 2014, mengakibatkan banyak kios terbakar habis.
Revitalisasi besar-besaran kemudian dilakukan. Pasar Klewer selesai direnovasi pada tahun 2017 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
“Dari zaman Pak Harto sampai gempa Jogja 2006, belum pernah direnovasi, baru setelah kebakaran 2014, pasar ini direnovasi dan diresmikan kembali oleh presiden kala itu, Pak Jokowi,” ujar Bondi, salah satu pedagang batik generasi kedua di pasar tersebut.
Kata Pengunjung
Baca juga: 10 Kota Termaju di Indonesia Berdasarkan Indeks Daya Saing Daerah, Solo Jadi Juaranya
Salah satu pengunjung, Rijan (22), mahasiswa asal UNS, mengaku kagum dengan keberadaan pasar ini.
“Meski berdomisili di Solo, ini kali pertamaku datang ke Pasar Klewer. Keren banget, batiknya lengkap, dari yang cap sampai tulis,” katanya.
Sementara itu, Sri Rahayu (59), pengunjung asal Sukoharjo, mengungkapkan kepuasannya berbelanja di Pasar Klewer.
“Belanja di sini memang menyenangkan, terutama bagi ibu-ibu seperti saya, selain harganya miring, modelnya banyak, bisa sekalian cuci mata,” tuturnya sembari menunjukkan daster batik hasil belanja.

Rahayu juga menyoroti fasilitas pasar yang dinilainya sudah baik
“Fasilitas sudah cukup menunjang, ada eskalator, lift, toilet, dan musala yang nyaman dan bersih di tiap lantainya sehingga sangat membantu” ungkapnya.
Mencicipi Kuliner di Pasar Klewer
Tak hanya belanja batik, pengunjung juga bisa mencicipi aneka kuliner khas Solo di kawasan Pasar Klewer.
Di bagian utara pasar, terdapat ikon kuliner legendaris seperti Bakso Klewer “Pawiroredjo”.
Naik ke lantai empat pasar, pengunjung akan menemukan beragam oleh-oleh dan kuliner khas Solo.
Oleh-oleh khas Solo meliputi intip, kerupuk kulit sapi, bakpia Solo dan oleh-oleh lainnya.
Terdapat kuliner khas Solo berupa, Selat Solo Legend “Pak Sasmito”, Tengkleng “Bu Edi”, hingga Es Dawet Telasih “Om Koes”.
Kuliner-kuliner ini menjadi pelengkap pengalaman menyeluruh bagi pengunjung yang ingin menikmati kekayaan budaya Solo dalam satu tempat.
Akses Menuju Pasar Klewer
Untuk menuju lokasi, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Transportasi umum yang melayani rute ke Pasar Klewer antara lain:
- Bus Batik Solo Trans (BST) : Koridor 10 (Pasar Klewer - Terminal Palur)
- Feeder Bus Solo, dengan rute:
Koridor Feeder 7: Pasar Klewer – Jongke
Koridor Feeder 10: Terminal Palur – Pasar Klewer
Koridor Feeder 11: Pasar Klewer – Terminal Tirtonadi
Koridor Feeder 12: Pasar Klewer – RSUD Ngipang
(mg/Ahmad Dhonan Rosyidin) (Tribunnews.com)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.