Tokoroten, Mi Jeli Tradisional Jepang yang Dimakan dengan Satu Batang Sumpit
Kuliner tokoroten tercatat sejak zaman Heian (794–1185), menjadikannya salah satu kuliner tradisional Jepang yang bertahan melewati zaman.
Editor:
Choirul Arifin
Aku menikmati semangkuk tokoroten yang segar di sebuah rumah makan tua bernama Kabiya (かびや). Tempat ini bukan sekadar restoran biasa—melainkan sebuah ruang waktu yang mengajak pengunjung kembali menelusuri lorong-lorong era Edo.
Setelah mendengar kisah tentang kedai teh kuno ini, aku pun memutuskan untuk mengunjunginya bersama sahabat Jepangkku, Hoshino-san.
Begitu melangkah masuk, kesan nostalgia langsung menyelimuti. Bangunannya begitu sederhana namun penuh karakter, dengan desain kayu tradisional yang mengingatkanku pada rumah nenek di desa di Jepang.
Di sudut ruangan, perapian irori menghangatkan suasana, sementara aroma asap yang lembut menyusup ke dalam udara, memberi ketenangan yang tak bisa dijelaskan dengan kata.
Baca juga: Ini Alasan Tokyo Disney Resort Layak Masuk Itinerary Liburan Anda ke Jepang
Rumah makan Kabiya ini terletak di Distrik Kitagunma, tepatnya di Yoshioka, Kaminoda, Prefektur Gunma.
Letaknya tak jauh dari Ikaho Toys, Dolls and Automobile Museum—sebuah destinasi menarik yang menyimpan memorabilia masa lalu Jepang dan menjadi surga kecil bagi para pecinta nostalgia.
Selain tokoroten, aku juga memesan kuzumochi dan secangkir kopi. Sembari menanti pesanan tiba, mataku menangkap pemandangan yang menghangatkan hati: di sudut meja tersedia ketel tua, daun teh kering, teko, dan cangkir—semuanya disiapkan agar para tamu bisa menyeduh teh sendiri dengan tenang.
Ketika saya mulai menikmati kopi dan teh yang hangat itu, sesuatu yang tidak kuduga terjadi.
Seorang pelayan membawakan tusuk sate kentang—menu yang rupanya dipesan oleh Hoshino san, tapi tanpa kusadari dia juga memesannya untukku.
Dikira Kentang, Ternyata Talas: Rasanya Nikmat Luar Biasa
Awalnya, saya mengira itu benar-benar kentang, namun dari bentuk dan teksturnya, sepertinya itu bukan kentang biasa.
Saya sempat menanyakan hal ini dan ternyata itu adalah talas! Seketika, aku langsung memesan satu untuk diri sendiri.
Menu tersebut sebenarnya adalah oden—sejenis makanan rebusan khas Jepang. Dalam versi ini, talas yang sudah direbus ditusuk seperti sate, kemudian dipanggang perlahan dan disajikan bersama saus miso manis buatan sendiri.

Bagaimana rasanya? Tidak ada kata lain selain: luar biasa! Talasnya kenyal seperti jeli padat, misonya gurih dan manis, berpadu menciptakan harmoni rasa yang menggoyang lidah.
Meski nama menunya adalah oden, sajian ini hanya menggunakan konnyaku dan talas, sehingga beberapa orang Jepang lebih senang menyebutnya sebagai miso dengaku.
Ini mirip dengan taranomiso—talas dengan saus miso. Dan sungguh, tak berlebihan jika kukatakan bahwa rasa yang kuicipi ini benar-benar membekas, seolah menyatu dengan suasana dan kenangan dari masa lalu yang kembali dihidupkan.
*) Nazar Akagi, mantan jurnalis senior yang bekerja kontrak paruh waktu di Maebashi, Prefektur Gunma
Sosok Fanny Kondoh, Istri Almarhum Petinggi Marugame Udon, Kini Hamil saat Suami Sudah Meninggal |
![]() |
---|
4 Makanan Ikonik Jepang yang Ternyata Berasal dari Negara Lain: Apa Saja? |
![]() |
---|
10 Pengalaman Unik yang Hanya Bisa Kamu Dapatkan Saat Liburan ke Jepang |
![]() |
---|
Hotman Paris Ajak Pegi Setiawan Bertemu di Jakarta, Kuasa Hukum Pegi Minta Kapolda Jabar Dicopot |
![]() |
---|
BPOM Denmark Tarik 3 Varian Mi Samyang Asal Korea Selatan karena Terlalu Pedas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.