Jajanan Tradisional Khas Betawi yang Dihidangkan di KTT ke-43 ASEAN 2023
Kemenparekraf menyuguhkan jajanan khas Betawi kepada para delegasi selama menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di Jakarta.
Bisanya, kue cincin disajikan pada acara-acara tertentu, seperti pernikahan atau sunatan. Namun, jajanan ini juga mudah ditemui di toko kue basah.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Desa Wisata Sinergi untuk Perluas Terciptanya Lapangan Kerja
5. Kembang goyang
Jajanan ini sering dijumpai pada acara pernikahan atau Lebaran. Seperti namanya, kembang goyang dibuat dengan cara menggoyangkan cetakan berbentuk bunga atau kembang hingga adonannya lepas ke dalam minyak panas.
Bentuknya sangat cantik dan rasanya gurih manis. Kembang goyang terbuat dari tepung beras yang diberi garam dan gula. Bisanya bisa juga ditambahkan dengan taburan wijen.

6. Talam pandan
Kue ini memiliki ciri khas pada bentuk bunga teratai berwarna hijau dan putih. Lapisan bawah yang berwarna putih terbuat dari adonan beras ketan yang kenyal. Sementara bagian atasnya berwarna hijau yang terbuat tepung beras, gula, santan, dan daun pandan.
Selain berbentuk bungai teratai, talam pandan juga bisa berbentuk lebih sederhana. Agar lebih menarik, biasanya akan diberi hiasan seperti potongan daun pandan, kelapa parut, atau wijen.
7. Putu mayang
Salah satu hidangan yang juga unik adalah putu mayang. Berbentuk seperti mie, putu mayang disajikan gula merah cair yang kental. Rasanya manis dan gurih sehingga cocok diminum bersama teh atau kopi.
Itulah jajan tradisional yang dihidangkan pada KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta. Informasi lebih lengkap mengenai pelaksanaan gelaran ini, dapat diakses melalui tautan https://asean2023.id/id.
Evolusi jajanan tradisional
Kekayaan Indonesia tidak hanya dari budayanya saja, tetapi juga kuliner yang ikut berkembang dengan kemajuan manusia. Jejak jajanan tradisional dapat dilacak hingga ribuan tahun yang lalu. Beberapa di antaranya sudah punah, tetapi ada juga yang masih bertahan dan bisa ditemui hingga sekarang.
Dahulu, jajanan tradisional yang ada saat ini hanya bisa disajikan pada kalangan kerajaan saja. Selain itu, makanan hanya dihidangkan pada acara tertentu, seperti ritual atau upacara adat.
Baca juga: Kemenparekraf Kaji Dampak KTT ASEAN Terhadap Pariwisata Indonesia
Sementara itu, dalam perkembangannya, jajanan tradisional Indonesia sedikit banyak menerima pengaruh dan budaya asing, khususnya dari negara yang datang ke Indonesia, seperti India, Cina, dan Arab. Negara-negara ini memberikan pengaruh dari sisi rasa jajanan tradisional, sebut saja bakpia dari akulturasi Cina atau martabak dari India.
Jajanan tradisional juga kerap dihadirkan dalam acara adat dan melekat pada budaya asal daerahnya. Namun, masyarakat juga dapat menyantap jajanan tradisional sebagai kudapan sehari-hari.
Saat ini, jajanan tradisional pun semakin mudah ditemukan dan dijual. Jadi, makanan ini bisa disantap kapan saja, tanpa harus menunggu acara tertentu.
Tak sedikit pula jajanan tradisional yang dijual dengan cara yang lebih modern, seperti pemesanan online atau melalui e-commerce. Jajanan tradisional juga mulai naik kelas dengan dijual di supermarket hingga ke mal.(*)
Abang None Jakarta: dari Kepulauan Seribu, Istana Berkebaya, hingga KTT ASEAN |
![]() |
---|
Bentrok Warga dengan Aparat di Pulau Rempang Dinilai Upaya Permalukan Jokowi di KTT Ke-43 ASEAN |
![]() |
---|
Presiden Jokowi: Dunia Butuh Jangkar, Penetral dan Safe House |
![]() |
---|
KTT ke-43 ASEAN di Jakarta Berlangsung Aman, Panglima TNI-Kapolri Minta Maaf Terkait Kemacetan |
![]() |
---|
Dalam Pertemuan East Asia Summit, Para Anggota Tegaskan Komitmen pada ASEAN Centrality dan AOIP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.