Catatan Perjalanan ke Banyuwangi (4): Menyapa Pagi dari Pantai Boom, Berburu Senja di Pulau Merah
Pada hari terakhir di Banyuwangi, Tribunnews menyambangi Pantai Boom, Hutan De Djawatan, hingga Pantai Pulau Merah.
Sebab, warung ini hanya memanfaatkan pelataran rumah yang cukup sederhana.
Alhasil hanya tersedia dua meja panjang yang dipakai pembeli untuk makan secara bergantian.
Dalam seporsi sego cawuk terdapat nasi, sayur tahu, olahan ampas kelapa parut, kuah tulang ikan, sayuran yang disiram bumbu kacang.
Ada pula pindang telur dan pelasan ikan laut sebagai lauk.
Masih ada lagi bahan yang bikin santap sego cawuk di Warung Bu Sri kian nikmat, yaitu sambel serai.
Tak lupa kerupuk sebagai teman makan.

Lantaran terdiri dari berbagai elemen makanan, rasa sego cawuk sangatlah beragam.
Rasa gurih dari sayur tahu, olahan ampas kelapa, dan bumbu kacang ditimpa dengan asam kuah tulang ikan.
Masih ditambah dengan rasa pedas dari pelasan ikan laut serta asam-segar dari sambal serainya.
Paduan rasa yang sangat pas dan sempurna membuat tangan tak henti menyuap sendok demi sendok sego cawuk.
Tak terasa sepiring sego cawuk yang dibanderol Rp 10 ribu telah berpindah tempat di perut.
Baca: DPD RI Apresiasi Prestasi Banyuwangi
Dari Warung Sego Cawuk Bu Sri, Tribunnews kembali ke penginapan untuk mengumpulkan energi menuju destinasi selanjutnya.
Pada hari terakhir di Banyuwangi, Tribunnews menjelajah wilayah bagian selatan yang belum pernah disambangi sebelumnya.
Berbekal aplikasi peta di ponsel, Google Maps, Tribunnews mengarahkan kendaraan ke Hutan De Djawatan.

Selama kurang lebih satu satu jam, Tribunnews sampai di Hutan De Djawatan yang berada di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring.