Kamis, 2 Oktober 2025

Mencicipi Kuliner Khas Iran: Mulai Sishlik Daging Domba hingga Yogurt

Cara paling cepat mengenali kehidupan suatu tempat adalah melalui makanannya.

KOMPAS/NINUK MARDIANA PAMBUDY
Sishlik (sate) iga domba di Restoran Mashhad Shandiz, Teheran Iran. Daging domba terasa lembut karena dibakar dengan panas dan waktu tepat. 

Baru kemudian juga saya tahu orang Iran suka rasa masam. Itu muncul dalam bentuk susu asam alias yogurt, salad, jeruk nipis dan lemon, serta acar.

Ketika masakan salmon datang, saya tidak terlalu antusias.

Ikan tersebut dipanggang terlalu kering sehingga kehilangan kelembaban dari lemak salmon yang seharusnya membuat ikan itu terasa lembut di mulut.

Kali ini, rasa asam disajikan melalui saus mosterd dan acar timun.

”Sishlik”

Yang selalu ada setiap kali memasan makan lokal adalah tomat dan timun (segar atau dipanggang), daun selada, acar zaitun hijau dan hitam, yogurt, jeruk nipis, kacang-kacangan, wortel serut, selada letus, keju, nasi dari beras yang ditanam di utara Iran, dan roti gandum bulat lebar tipis yang disebut san-gak.

Nasi adalah makanan penting di Teheran. Bulirnya panjang-panjang dan berbau harum, seperti beras basmati dari India. Seperti disebutkan, nasi disajikan dalam beragam tampilan.

Khusus nasi kuning, pewarnanya adalah safron, berasal dari benang putik bunga Crocus sativus yang dikeringkan.

Pengetahuan pertama saya tentang safron justru dari buku tekstil karena safron juga digunakan untuk pewarna kuning pada tekstil.

Harganya sangat mahal. Jadi, sebagai pengganti, dapat menggunakan kunyit, sama seperti nasi kuning kita.

Dalam sajian prasmanan, ikan, ayam, domba, atau sapi selalu ada.

Biasanya dipanggang dan dimasak tanpa bumbu menonjol. Daging direndam lebih dulu dalam air yang diberi safron, minyak zaitun, dan bawang sebelum dipanggang. 

Dengan bumbu yang lembut, rasa daging domba atau sapi menjadi menonjol. Tetapi, semua itu tergantung dari cara memanggang yang tepat.

Tentang masakan panggangan, restoran yang direkomendasi untuk dicoba adalah Shandiz di bagian utara Teheran.

Kami menunggu hampir 1 jam walaupun sudah lewat jam makan siang, sebelum akhirnya mendapat meja.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved