Kamis, 2 Oktober 2025

Mission in Possible Menpar Arief Yahya di Seoul, Korea Selatan

Hanya dua minggu berselang setelah Presiden Joko Widodo bertemu muka dengan Presiden Korea di Seoul, 15 Mei 2016 lalu

Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Arief Yahya 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hanya dua minggu berselang setelah Presiden Joko Widodo bertemu muka dengan Presiden Korea di Seoul, 15 Mei 2016 lalu, Menpar Arief Yahya langsung bergerak.

Mantan Dirut PT Telkom yang pernah dinobatkan sebagai Marketeer of The Year 2013 itu tak mau buang waktu untuk menemukan teknis kerjasama di bidang pariwisata, sebagai tindak lanjut dari pertemuan dua pemimpin negara tersebut.

Solid! Speed! Smart! Itulah gaya kepemimpinan Arief Yahya yang cekatan menangkap mimpi besar Presiden Joko Widodo. Ibarat minum kopi hitam, seduhlah selagi masih hangat. Karena nikmatnya justu pada saat hangat-hangat panas.

Karena itu, semampang masih hangat, kunjungan presiden ke Korsel, Menpar pun cepat menyusul untuk membereskan implementasi teknisnya.

Lalu apa agenda yang hendak diboyong Menpar Arief Yahya yang punya background professional di bidang telekomunikasi ini? Apa yang hendak di download untuk membangun pariwisata dari pertemuan tingkat dewa itu?

“Banyak! Ujungnya adalah mengejar target 20 juta wisman tahun 2019," jawabnya cepat.

"Tetapi intinya ada tiga besar. Pertama, soal pengembangan destinasi dan industry pariwisata. Konkretnya, dia akan bertemu dengan para investor yang hendak menanamkan modal di bidang kepariwisataan,” jelas Arief Yahya yang sudah dijadwalkan one on one dengan lima tourism investor kelas kakap Korea.

Jika deal, itu akan menyelesaikan problem amenitas di Tanjung Lesung. Amenitas itu seperti hotel, restoran, café, convention center, entertainment, mall, golf course, dan sebangsanya.

Kedua, agenda besar Arief Yahya adalah soal Akses, connecting Indonesia-Korea, yang selama ini masih terbatas Seoul-Jakarta saja. Belum ada second city yang terbang ke Indonesia.

Juga belum ada penerbangan ke kota lain kecuali Jakarta, seperti Surabaya atau pun Bali.

“Belum ada juga LCC, low cost carrier yang beroperasi menjadi jembatan udara ke tanah air. Karena itu wajar jika dengan tetangga seperti Filipina saja, jumlah wisman dari Korea sangat jauh tertinggal,” kata Arief Yahya.

LCC yang sudah appointment dengan Arief Yahya adalah Jeju Airline, Busan Airlines dan Jin Air.

Filipina itu sudah 1,2 juta wisman Korea yang masuk. Outbond ke Thailand juga 1,4 juta, Malaysia angkanya di atas 400 ribu. Yang masuk ke Indonesia masih amat kecil, di posisi 338 ribu.

“Padahal outbond Korea itu hampir 20 juta orang. Kita tidak sampai 2 persen? Kecil sekali? Padahal ada banyak perusahaan Korea yang beroperasi di Indonesia? Pasti mereka bergerak di manufacturing, belum masuk ke hospitality seperti perhotelan? Beda cerita jika mereka investasi di perhotelan, pasti banyak orang Korea yang datang,” ungkap Arief Yahya.

Agenda ketiga adalah pertemuan dengan wholesaler atau travel agent dan travel biro besar di sana. Menu wajib setiap Menpar kunker ke negara lain. Antara lain dengan Kim Jin-Kook, Presiden Hanatour, lalu Mr Hong Ki-Jung, Vice Chairman Modetour.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved