Buaya Air Laut Merupakan Atraksi Carribia yang Dicari Para Diver Professional Dunia
Tenaga Ahli Underwater Tourism Kemenpar, Cipto Aji Gunawan punya kesan dengan Jardines de la Reina Marine Park, Carribia.
Beberapa guide sempat mencegah niat turis Rusia itu.
Diam-diam, Lykhvar berangkat sendiri ke lokasi. Setelah ditunggu sampai 24 jam tidak kembali, akhirnya dilaporkan ke Polisi, SAR dan Pemda. Mereka menyatakan Lykhyar hllang, lalu dilakukan pencarian.
Dua hari hilang, Lykhyar ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Lokasi jasad Lykhvar ditemukan jauh terpencil dan berbahaya, karena arusnya deras dan banyak karang yang tajam.
Dari hasil visum dokter di RSUD Raja Ampat, diduga kuat korban tewas akibat diserang buaya. Jasad Lykhvar telah dibawa ke Sorong, yang berjarak 2 jam perjalanan dengan kapal dari Raja Ampat.
Sesuai permintaan keluarga, jasadnya dikremasi. Kasus ini sudah diinfokan ke pihak Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia.
Mereka juga sudah mengabarkan berita duka ini kepada keluarga Lykhvar di Moskow. Dalam waktu dekat, abunya akan diberangkatkan ke Rusia.
Cipto AG bersimpati atas korban Lykhvar dari Rusia itu. Kemenpar ikut bela sungkawa atas peristiwa itu, semoga itu kejadian yang terakhir, tragedi dengan binatang predator.
"Kami menaruh simpati dan turut berduka atas peristiwa itu," katanya.
“Intinya, semua aktivitas wisata alam itu memiliki risiko. Namun bila dilakukan dengan mengikuti kaidah keselamatan maka, risiko itu bisa diminimalisir. Ada prosedur manajemen risiko yang harus ditempuh,” jelas Cipto yang pernah mendapat penghargaan Dive Trend Asia 2012 itu.
“Jika mengikuti aturan dan prosedur yang dipandu oleh tour guide atau dive master-nya, saya yakin hal seperti ini tidak perlu terjadi. Tetapi kalau jalan sendiri, apalagi sembunyi-sembunyi, ya memang bisa fatal. Di kalangan diver, peristiwa Raja Ampat ini bisa diterima sebagai “kelalaian individu”. Lokasinya jauh dari tempat yang direkomendasi untuk diving dan snorkeling,” ungkap Cipto.
Sama halnya dengan Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Jika wisatawan mengikuti aturan main yang sudah ada, maka semuanya aman-aman saja.
Tetapi kalau sengaja berpetualang sendiri, tanpa “pawing”-nya, itu akan merugikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
“Jadi, Raja Ampat sangat aman,” jelas Cipto, seorang Konseptor “Klasifikasi Titik Selam” pertama di dunia.
Kecelakaan seperti ini bisa saja terjadi di mana saja, kapan saja, dengan objek wisata model apa saja.
Kebetulan saja ini menimpa Gugusan kepulauan Raja Ampat di Papua Barat yang sudah mahsyur di kalangan divers dunia. Peristiwa ini memang sempat mengganggu “nyali” orang untuk datang ke sana.
“Tetapi itu tidak perlu waswas, asal prosedur diving dipenuhi dengan baik,” kata penggiat ecotourism ini.