Kamis, 2 Oktober 2025

Travel Story

Mandi Bersama Ikan Dewa dan Menyusuri 7 Mata Air yang Miliki Karomah di Pemandian Cibulan

Warga biasa menyebut hewan air itu sebagai ikan dewa dan diyakini sebagai jelmaan dari para pengikut Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Kompas.com/Ervan Handoko
Salah satu kolam di obyek wisata Cibulan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kolam ini dipenuhi ikan yang diyakini masyarakat setempat sebagai titisan para pengikut Prabu Siliwangi. 

TRIBUNNEWS.COM, KUNINGAN - Bagi pelancong yang lelah berkeliling di Kota Cirebon yang panas, berbelok sedikit ke Kabupaten Kuningan yang sejuk bisa sangat menyenangkan.

Selain jaraknya yang tak jauh dari Cirebon, di Kuningan terdapat banyak tempat wisata baik alam maupun sejarah.

Salah satunya adalah obyek wisata pemandian Cibulan, yang berjarak kurang lebih satu jam dari Kota Cirebon.

Begitu tiba di pemandian Cibulan, mata kita langsung disejukkan dengan jajaran pohon besar yang meneduhi lahan parkir.

Untuk masuk ke dalam tempat wisata seluas lima hektar ini, pengunjung hanya membayar tiket Rp 15.000 saja.

kolam
Di Cibulan terdapat tujuh mata air yang diyakini warga setempat memiliki berbagai khasiat mulai dari memperlancar rezeki hingga memuluskan karier. (kompas.com/ervan handoko)

Di dalam, terdapat dua buah kolam berbentuk persegi panjang berisi air pegunungan yang bening dan sejuk.

Dalam kolam kita bisa melihat puluhan ikan kancra bodas (Labeobarbus dournesis) berenang-renang kian kemari.

Ikan-ikan ini cukup jinak.

Pengunjung bisa memberi makan dan berenang bersama ikan-ikan itu.

Jika penasaran pengunjung bahkan bisa merasakan sensasi dicium ikan-ikan ini, tentunya dengan bantuan seorang pawang.

Namun, bagi masyarakat setempat, ikan-ikan ini bukanlah ikan biasa.

Warga biasa menyebut hewan air itu sebagai ikan dewa dan diyakini sebagai jelmaan dari para pengikut Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.

“Dulunya tempat ini diyakini sebagai petilasan atau tempat bertapa Prabu Siliwangi. Sebagai raja, saat berada di petilasan beliau juga didampingi para pengiringnya,” ujar sejarawan Cirebon, Mustaqim Asteja.

Begitu lekatnya keyakinan ini di masyarakat sekitar Cibulan, sehingga mereka memperlakukan ikan-ikan itu layaknya manusia.

“Saat ada ikan yang mati, warga membungkus ikan mati itu dengan kain kafan sebelum dikuburkan,” tambah Mustaqim.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved