Wisata Sulsel
Benteng Fort Routterdam di Makassar, Bentuknya Seperti Penyu Raksasa, Masuk Gratis
Benteng Fort Routterdam di Makassar menarik perhatian wisatawan karena bentuk uniknya seperti penyu raksasa. Masuk gratis.
Salah satu bangunan benteng bahkan pernah dijadikan sebagai kantor Wali Kota Makassar pertama.
Di dalam benteng terdapat 13 bangunan peninggalan Belanda, satu diantaranya merpakan bangunan Jepang yang kini dijadikan Musala.
Sebagian besar bangunan digunakan oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Makassar.
Sebagiannya lagi dimanfaatkan oleh Dewan Kesenian Makassar. Dua bangunan dijadikan sebagai Museum.
Ada dua musium di dalam benteng yang diberi nama musium La Galigo.
Untuk masuk musium dikenakan tarif sebesar Rp 5 ribu untuk orang dewasa, Rp 3.000 untuk anak-anak dan Rp 100 ribu untuk pengunjung mancanegara.
Setiap musium menyimpan hal yang berbeda. Musium yang berada di gedung D menyimpan sejarah To Manurung atau orang dari langit yang dipercaya menjadi raja-raja di Sulsel.
Sementara musium lainnya menyimpan replika bukti keberadaan kerajaan di Sulsel dan berbagai pakaian adat suku di Sulsel. Berada di dalam museum seakan-akan sedang menyaksikan kehidupan rakyat Sulawesi
Selatan di zaman dulu.
Di beberapa tempat di dalam benteng, pengunjung dapat menjumpai beberapa benda peninggalan sejarah seperti meriam canon.
Benteng Kecil
Fort Routterdam terdiri dari lima benteng kecil yang disebut bastion. Setiap bastion diberi nama sesuai dengan nama kerjaan yang pernah bersekutu dengan kolonial Belanda di masa penjajahan.
Ada Bastion Bone, Bastion Bacan, Bastion Amboina, Bastion Mandarsyah,
dan Bastion Buton.
Setiap bastion dihubungkan dengan tembok kokoh. Di bagian pinggir tembok dilengkapi ruang untuk menempatkan meriam.
Menurut cerita, setiap bastion digunakan sebagai tempat persinggahan
tamu dari kerajaan sekutu.
Di salah satu gedung gedung benteng juga terdapat ruang tahanan Pangeran Dipenogoro kala dalam masa pengasingan oleh Belanda.