Menanti Sunrise di Bromo Hingga Berkuda di Lautan Pasir
Hawa dingin menusuk tulang bakal hilang ketika mata dimanjakan sunrise dari Bromo.
Bila musim liburan tiba, Suko bisa mengantarkan tamu sampai enam kali pulang-pergi Gunung Bromo-lokasi parkir. Jika sepi, maka Suko beruntung mendapatkan satu pengunjung saja. "Harganya juga turun, kalau sepi," imbuhnya.
Suko bercerita mengenai anak tangga berjumlah 250 buah yang harus didaki pengunjung untuk sampai ke kawah Gunung Bromo. Sambil bercerita, sang kuda sempat terbatuk-batuk. "Biasa batuk nih mas, banyak debu dari pasir," katanya.
Ia juga menuturkan adanya film layar lebar 5 cm membuat wisawatan membanjiri kawasan taman nasional tersebut. Film yang disutradarai Rizal Mantovani itu memang mengambil lokasi di kawasan Gunung Bromo dan Semeru. Film tersebut berkisah tentang lima orang sahabat yang berpetualang mendaki Puncak Mahameru.
"Syuting film itu ya di sini mas. Wisatawan tambah banyak ke sini," kata Suko sambil menunjukkan sejumlah lokasi syuting film tersebut.
Sekitar 10 menit berkuda, kami sampai ke kaki Gunung Bromo. Lalu mendaki sebanyak 250 anak tangga untuk menuju kawah. Ternyata pendakian itu tidak mudah. Di tengah jalan yang mendaki, banyak pengunjung menghentikan langkahnya untuk beristirahat sejenak. Oksigen pun menipis tercampur bau belerang yang keluar dari kawah. Tribunnews.com juga sempat beristirahat.
Sampai puncak Gunung Bromo, bau belerang semakin menguat. Bau yang menyegat membuat Tribunnews.com terbatuk. Tak sampai 10 menit, kami pun memutuskan turun dari Gunung Bromo. Terpenting, kami telah mengabadikan dan melihat sinema hidup karya Tuhan dari atas Gunung Bromo.