Jumat, 3 Oktober 2025

Wisata Bangka Belitung

Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing, Jejak Sejarah 2 Proklamator di Pulau Bangka

Ada dua tempat yang dijadikan tempat Soekarno dan Hatta tinggal, saat keduanya diasingkan ke Bangka yakni Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing.

KOMPAS/KRIS RAZIANTO MADA
Pesanggrahan Muntok atau Wisma Ranggam di Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung, tempat Presiden Soekarno, dan tiga tokoh pejuang lain diasingkan antara tahun 1948 hingga 1949. Pesanggrahan itu dibangun Bangka Tien Winning pada 1827 sebagai tempat peristirahatan karyawan perusahaan timah milik Belanda itu. 

Jalan menuju pesanggrahan terus menanjak hingga mencapai 4 Km untuk mencapai puncak bukit.

Lebar jalan aspal cuma tiga meter, sehingga pengendara mobil harus ekstra hati-hati, apalagi ada kendaraan lain dari arah sebaliknya.

Di kiri dan kanan jalan, dihiasi pepohonan lebat dan bebatuan besar.

Sebagai hutan konservasi, tumbuhan di Hutan Menumbing masih terjaga baik.

Tidak jarang terdengar teriakan suara monyet dan kicauan burung dalam perjalanan menuju pesanggrahan. Semakin mendekati pesanggrahan jalan semakin menanjak.

Bahkan, ada tulisan di sebuah batu besar yang mengingatkan pengendara memindahkan perseneling ke posisi satu.

Tiba di puncak bukit setinggi 445 meter dari atas permukaan laut, suasana terasa sejuk. Sejauh mata memandang terlihat lautan lepas.

Ada tiga bangunan berdiri, pertama Pesanggrahan Menumbing, kedua berupa wisma dan paviliun.

Tidak ada angkutan khusus dari Kota Muntok menuju tempat ini. Biasanya pengunjung menggunakan kendaraan pribadi, menyewa kendaraan atau ikut tur wisata.

Suvenir dijual di bagian depan pesanggrahan berupa gelas bergambar Soekarno dan pernak pernik lainnya. Harganya mulai dari Rp 20 ribuan.

Pesanggrahan Menumbing


Berada di puncak Gunung Menumbing berketinggian 445 meter di atas permukaan laut (dpl), keberadaan Pesanggrahan Menumbing sangat terpencil.

Dari sana, terlihat jelas laut lepas ke arah Selat Bangka.

Bangunan kokoh bercat putih, tampak asri dengan pepohonan di sekelilingnya.

Masuk ke dalam ruangan pesanggrahan, terdapat ruang tamu yang dulunya pada masa kolonial Belanda digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat lokal mengadakan syukuran peresmian gedung tersebut, sekitar tahun 1930.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved