Wisata Jateng
Masjid Jami Pekojan: Bubur India dan Tempat Peristirahatan Keturunan Nabi
Jejak keturunan Nabi Muhammad SAW yang menyebarkan Islam di kawasan Jateng.
Setelah menetap lama di Semarang, Khalifah membangun sebuah musala kecil yang dikeliling makam sebelum akhirnya menjadi masjid.
Dari tulisan prasasti yang menggunakan huruf Arab pegon gundul itu disebutkan, bangunan ini pernah dipugar lima panitia utama masjid yaitu habib H Muhammad Ali, H Muhammad Asyari Akwan, H Muhammad Yakub, Alhadi Ahmad, H Muhammad Nur dan H Yakub.
Masjid ini dipugar sekitar tahun 1309 Hijriah atau 1878 Masehi.
Masjid ini telah mengalami banyak renovasi, terbesar dilakukan tahun 1975-1980.
Bangunan asli masjid ini berdiri di tanah seluas sekitar 16 meter persegi yang mayoritas bahan utama bangunan menggunakan kayu.
Dahulu, masjid ini digunakan para pedagang dari Gujarat yang melakukan bongkar muat dagangan menggunakan perahu di Kali Berok.
Dalam perkembangannya, warga sekitar banyak yang mewakafkan tanah untuk perluasan masjid hingga sekarang berdiri di lahan seluas 3.515 meter persegi.
Saat ini, yang masih bisa dijumpai dari sisa sejarah Masjid Jami Pekojan yakni empat pilar yang berusia ratusan tahun, yang memang menjadi bagian inti bangunan.
”Bangunan inti ada di tengah empat tiang dengan ciri ubin yang masih asli. Meskipun sama-sama ubin tua, namun bangunan inti berbeda terutama dari corak ubinnya,” kata Akbar.
Pada bagian dalam, pada dinding depan dan ruang imam, plafon dari kayu jati masih utuh.
Mimbar masjid dari kayu jati bercat hijau, yang biasanya digunakan ceramah atau khotbah juga masih tertata rapi.
Pada bagian atas ruang iman ada ukiran bulan sabit bertuliskan syahadat dan bintang.
Ciri khas lain dari Masjid Jami Pekojan yang masih bisa dilihat, yakni bangunan memiliki tembok tebal, daun pintu tinggi berukir kipas.
Kemudian, jendela kecil, dihiasi kaca patri dan teralis berbentuk bunga. Saat ini, masjid dibangun dua lantai dilengkapi aula di bagian depan.
Tempat Peristirahatan Keturunan Nabi Muhammad SAW