Wisata Jateng
Masjid Jami Pekojan: Bubur India dan Tempat Peristirahatan Keturunan Nabi
Jejak keturunan Nabi Muhammad SAW yang menyebarkan Islam di kawasan Jateng.
Ahmad juga menggunakan santan untuk membuat bubur lebih gurih.
Santan cair dimasukkan ke adonan untuk menyatukan bumbu dan beras, sementara santan kental dituangkan terakhir sebagai penambah rasa gurih.
"Butuh waktu sekitar tiga jam dari mulai proses menyiapkan bahan hingga bubur siap saji. Biasanya, bubur sudah selesai dimasak menjelang Asar," katanya.

Bubur India untuk berbuka puasa, di Masjid Jami Pekojan, Semarang Tengah, Jateng. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Setelah bubur masak, ada petugas masjid yang membagi-bagi dalam mangkuk plastik yang telah disediakan.
Biasanya, bubur disajikan bersama sayur pendamping yang berganti setiap hari.
Dari sekitar 20 Kg beras yang dimasak, Ahmad bisa menyediakan sekitar 250 mangkuk bubur India bagi jemaah.
"Ada sambal goreng daging juga gulai kambing yang biasa disuguhkan setiap Kamis," ujar Ahmad.
Bubur yang siap disantap diletakkan di satu ruang terbuka masjid sehingga jemaah yang datang bisa mudah mengambil.
Selain disantap di masjid dilanjutkan salat berjamaah, ada pula warga yang membawa pulang bubur tersebut.
Masjid dari tanah wakaf
Masjid Jami Pekojan tak hanya istimewa di bulan Ramadan.
Selain memiliki menu khas, Masjid Jami Pekojan juga memiliki cerita sejarah menarik.
Masjid ini berada di Jalan Petolongan 1, Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.
Lokasinya berada dekat kampung Pecinan, Kota Semarang.

Masjid Jami Pekojan, Semarang Tengah, Jateng. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Berdasarkan prasasti yang terpajang di dinding masjid, Masjid Jami Pekojan berdiri di atas tanah wakaf pemberian saudagar Gujarat, India, Khalifah Natar Sab.