Jumat, 3 Oktober 2025

Wisata Lampung

Thay Hin Bio, Klenteng Tertua di Lampung, Saksi Bisu Letusan Krakatau

Klenteng antik yang usianya lebih dari 160 tahun ini adalah vihara tertua yang telah menjadi saksi letusan dahsyat Krakatau.

Tribun Lampung/Heru Prasetyo
Klenteng Thay Hin Bio 

Laporan Wartawan Tribun Lampung, Heru Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Jika di Kabupaten Pringsewu memiliki wisata religi bagi umat Katholik, Kota Bandar Lampung memiliki wisata religi yang wajib untuk dikunjungi.

klenteng
Atap Thay Hin Bio.  (Tribun Lampung/Heru Prasetyo)

Tempat itu adalah Vihara Thay Hin Bio. Satu dari sekian banyak vihara di Lampung memiliki usia lebih dari 160 tahun.

Yah, liburan di Kota Bandar Lampung anda jangan sekali-kali melewatkan mampir ke Klenteng Thay Hin Bio.

Klenteng antik yang usianya lebih dari 160 tahun ini adalah vihara tertua yang telah menjadi saksi letusan dahsyat Krakatau.

"Thay Hin Bio kini statusnya vihara tertua di Lampung. Selain sebagai tempat ibadah, vihara ini juga jadi obyek wisata menarik di Kota Bandar Lampung," ungkap Muda Mudi Vihara Thay Hin Bio Anton.

"Bangunan yang kokoh saat ini pun, hasil pemugaran pasca letusan Krakatau. Yang lama sudah hancur dampak Krakatau," lanjut dia.

Vihara Thay Hin Bio dibangun kembali pasca letusan gunung Krakatau dan kemudian diberi nama Kuan Im Thing.

Seorang Bhikku bernama Sek Te Thi kemudian datang dari China dan menetap di Kuan Im Thing Teluk Betung untuk mengajarkan Dharma Buddha di Vihara Thay Hin Bio serta membimbing upacara doa di vìhara itu.

Klenteng Thay Hin Bio terletak di Jalan Ikan Kakap No 35, Teluk Betung, Bandar Lampung.

Klenteng ini merupakan yang tertua di kawasan Teluk Betung. Klenteng antik ini dibangun sekitar tahun 1850 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Konon Vihara Thay Hin Bio didirikan pada tahun 1850, oleh Po Heng seorang budhis dari china.

Vihara Thay Hin Bio memiliki arsitektur yang sangat indah. Saat anda menginjakkan kaki disini, anda seolah akan merasa di kuil-kuil china yang ada di negeri tirai bambu.

Yang paling mencolok dari Thay Hin Bio adalah warna merah yang mendominasi bangunan vihara. Sehingga ia nampak mencolok dibanding bangunan lain disekitar yang merupakan ruko warga kerturunan.

"Jalan Ikan Kakap di Teluk Betung ini adalah 'Chinatown' di Sai Bumi Ruwa Jurai. Sebagian besar toko di sepanjang jalan ini adalah milik etnis tionghoa. Beberapa dari mereka menjual makanan ringan khas daerah dari Propinsi Lampung. Dan Thay Hin Bio seolah jadi sentral Pecinan-nya Lampung," ungkap dia menerangkan.

Kembali ke vihara. Saat berkunjung beberapa waktu lalu, terlihat beberapa umat sedang beribadah di dalam vihara.

Meski usianya tak lagi muda, namun bangunan ini terlihat kokoh dan layak dan masih difungsikan sebagai tempat ibadah.

Dari gerbang masuk hingga bagian dalam klenteng didominasi dengan warna merah.

Setelah melewati gerbang, terlihat 2 bangunan mirip pagoda kecil di halaman klenteng. Menurut penjaga klenteng, bangunan ini berfungsi seperti dapur pengiriman doa.

Di dekat pintu masuk klenteng tampak dua lampion besar yang digantung di depan pintu masuk klenteng. Di dinding kanan dan kiri dekat pintu masuk terdapat lukisan indah khas budaya china.

Walaupun masih berfungsi sebagai tempat ibadah, klenteng terbuka untuk kunjungan wisatawan.

Anda bisa mampir ke Klenteng Thay Hin Bio setiap hari sekitar pukul 06.30-17.00, tetapi klenteng akan buka lebih lama jika ada upacara keagamaan.

Anda tidak perlu membayar tiket untuk mengunjungi klenteng ini.

Sebaiknya Anda berkunjung ke Klenteng saat Tahun Baru China.

Suasana klenteng akan lebih meriah dengan dipasangnya berbagai lampion, lilin ukuran besar, bunga-bunga dan ada juga pertunjukan barongsai.

Dimana sepanjang jalan Ikan Kakap akan berubah laiknya festial. Sebab warna arna merah menghias tiap sudut jalan.

Warga keturuan dan pribumi pun tumpah ruah bersama kebahagian dan keramaian tahun baru china.

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved