Wisata Aceh
Masjid Agung Al Makmur Bergaya Timur Tengah Senilai Rp 17 M, Hibah Sultan Oman untuk Aceh
Tak tanggung-tanggung, rumah Allah bergaya Timur Tengah itu menelan biaya hingga Rp 17 miliar.
Semua tiang-tiangnya patah sehingga tak layak digunakan lagi sebagai tempat ibadah.
Pelaksanaan Salat Jumat dan ibadah lainnya dipindahkan ke Meunasah (surau) Baital Makmur di Jalan Pari.
Dalam kondisi keprihatinan akhirnya Allah SWT membuktikan kebenaran firman-Nya: Inna ma’aal usri yusra.
Masjid Agung Al Makmur disanggupi untuk dibangun baru oleh Sultan Qabus Bin Said dari negara kesultanan Oman yang difasilitasi oleh Dr Helmi Bakar dari Hilal Merah Indonesia.
Akhirnya pada 19 Juni 2006 ditanda tangani Nota Kesepakatan Antara Kepala Perwakilan Negara Kesultanan Oman di Jakarta dengan Wali Kota Banda Aceh tentang pembangunan Masjid Agung Al makmur.
Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Kepala Perwakilan Negara Kesultanan Oman dan Pejabat Gubernur NAD, Mustafa Abu Bakar.
Masa pembangunan masjid ini lebih kurang 1,5 tahun dan rampung pada 19 Mei 2009 sekaligus diresmikan pemakaiannya.
Pada awalnya nama Masjid Agung Al Makmur yang telah selesai dibangun baru akan diberi nama dengan Masjid Agung Al Makmur Sultan Qabus Bin Said.
Akan tetapi menjelang peresmian, oleh Kepala Perwakilan Negara Kesultanan Oman meminta agar nama Sultan Qabus Bin Said tidak dicantumkan.
Sehingga nama masjid ini tetap disebut Masjid Agung Al Makmur saja.
Tradisi Ramadan
Seperti halnya masjid-masjid lainnya, Masjid Al Makmur atau Masjid Oman juga mempunyai tradisi khusus guna menghidupkan Bulan Ramadan.
Buka puasa bersama rutin digelar setiap harinya.
Tak kurang dari 200 porsi makanan yang berasal dari sedekah warga setempat maupun dari para jamaah yang datang tersedia setiap harinya.
Makanan yang dimaksud bisa berupa nasi atau pun kanji rumbi (sejenis bubur ayam).