Wisata Lampung
Lemang Tapai Ketan, Cara Anda Menyantap Akan Menentukan Rasanya, Pas Dinikmati saat Berbuka
Berbahan dasar ketan dan santan, lemang menjadi makanan yang diburu saat berbuka puasa di Bulan Ramadan. Tidak terkecuali di Kota Bandar Lampung.
Cara masaknya pun masih tradisional, bambu berisi ketan dan santan kemudian dibakar di dekat perapian.
Oh iya, bambu yang digunakan pun tidak boleh sembarangan, hanya bambu berkulit tebal yang dipilih.
Sebab bambu jenis ini yang mampu tahan bara sehingga membuat ketan masak sempurna. Metode memasak seperti itu mengakibatkan cita rasa dan aromanya sangat khas.
Nita mengatakan, tidak sedikit pedagang yang menyiasati proses pembuatan lemang. Caranya lemang terlebih dahulu dimasak di kukusan, lalu dimasukkan ke dalam tabung bambu yang telah dipanggang sebelumnya.
"Agar tampak asli maka bambu tersebut dipanggang. Saya tidak seperti itu, saya masih menjaga keaslian memasak lemang agar rasa dan aromanya tetap terjaga," kata dia diiringi senyum ramah.
Hal itulah yang membuat lemang buatan Nita terasa gurih, pulen, dan beraroma khas. Ia juga mengajarkan untuk membedakan antara lemang yang dimasak langsung dari bambu atau tidak.
Salah satunya dapat diketahui dari kepadatan lemang. Lemang yang dimasak di dalam bambu lebih padat. Aromanya juga sangat enak yang berasal dari bambu.
Lalu bagaimana cara tepat menikmati sajian lemang ini? Dikatakan Nita, lemang bisa dinikmati begitu saja setelah masak.
Namun untuk menambah lengkap, masih ada menu pelengkap lain berupa tapai ketan hitam.
Rasa asam dan manis hasil fermentasi ragi pada ketan hitam membuat citarasa lemang menjadi luarbiasa. Cara menikmati lemang pun akan membuat berbeda sensasi rasa yang muncul.
"Nah jika keduanya sudah siap, baru lezat disantap. Soal rasa, itu tergantung bagaimana cara mengonsumsinya," kata Nita.
Jika konsumen makan dengan cara mencampurkan langsung, maka yang menonjol adalah rasa asam dari tapai ketan. Rasa gurih baru akan timbul ketika tiba pada kunyahan ketiga hingga keempat. "Pada kunyahan pertama, pasti yang timbul duluan adalah rasa asam," katanya.
Jika dicocol, maka yang lebih mendominasi adalah rasa gurih yang disumbang dari campuran lemang. "Karena itu, sejak awal saya katakan, untuk rasa lemang tergantung bagaimana konsumen memakannya, mau yang gurih duluan atau asam. Pokoknya rasanya ramai," katanya berpromosi.
Selama Ramadhan, ibu tiga anak ini mengaku kebanjiran omzet. Dalam sehari dia mampu mengantongi hingga Rp 300.000 untuk 15 batang bambu lemang. Satu batang bambu dijual Rp 40.000 dengan panjang berkisar 40 sentimeter.
Pelanggan bisa juga membeli dalam bentuk irisan dua hingga empat irisan. "Kalau diiris dua berarti harganya Rp 20.000. Kalau empat berarti Rp 10.000," katanya.
Harga tersebut belum termasuk tapai ketan yang satu porsi Rp 10.000. "Kalau beli paketan, Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per porsi," katanya. (*)