Wisata Kaltim
Batu Dinding, bak Tembok Cinanya Balikpapan
Batu Dinding objek wisata alam baru yang tersimpan di rimba Borneo Timur, tepatnya di Balikpapan.
Penemu pertama, sekelompok mahasiswa perguruan tinggi di Bandung Jawa Barat.
Mahasiswa tersebut diduga jurusan geologi yang menulis skripsi mengenai bebatuan.
Saat meneliti, dia menjadikan objek observasi bebatuan berpasir di Samboja.
“Disebut Batu Dinding karena modelnya kayak dinding. Kiri kanan batunya terjal, seperti dinding. Kata orang-orang kayak tembok China, makanya disebut batu dinding,” ujar Umar.
Menyikapi begitu banyak pengunjung, masyarakat setempat kini punya kesibukan baru. Jika sebelumnya warga kebanyakan bertani dan berkebun, belakangan sibuk mengelola parkiran, berjualan dan mengelola puncak bukit batu dinding.
Pengelolaan batu dinding melibatkan 30-50 orang warga.
Tugasnya antara lain memandu pengunjung supaya tertib memasuki puncak bukit yang sangat sempit, kurang dari 5 meter.
Bahkan beberapa batu menjulang, lebarnya hanya sektiar 1 meter.
Puncak batu memanjang seperti pundak kuda kurus, dari selatan ke utara.
Panjang kurang lebih 500 meter.
Sekelilingnya ditumbuhi hutan, dan berjarak ratusan meter, terdapat alahat pertanian darat, perhumaan.
Pengunjung akan ramai, biasanya pada hari Sabtu dan Minggu atau hari libur nasional.
Jumat pagi itu, Umar melalui pengeras suara, berseru mengingatkan seorang remaja yang duduk di tepi batu sebelah tenggara memandang ke arah mata hari terbit.
“Dik... Dik yang pakai baju hitam, tolong jangan terlalu ke tepi. Naik kamu, jatuh," ujar Umar.
Dinding bebatuan memang teramat terjal.