Siapa Suchir Balaji? Remaja Cerdas Arsitek Pengembangan ChatGPT yang Ditemukan Tewas di Apartemennya
Polisi San Fransisco menyatakan Suchir Balaji tewas karena bunuh diri, namun kematian remaja cerdas berusia 26 tahun ini tetap misterius.
TRIBUNNEWS.COM - Dunia teknologi telah terguncang oleh kematian tragis Suchir Balaji, 26 tahun, mantan peneliti OpenAI yang menjadi terkenal karena membocorkan pelanggaran terhadap praktik perusahaan.
Suchir Balaji ditemukan tewas di apartemennya di San Francisco pada 26 November 2024. Kematian Balaji dinyatakan sebagai bunuh diri oleh pemeriksa medis kota, tanpa ada bukti adanya pelanggaran.
Kepolisian San Fransisco menyatakan Suchir Balaji tewas karena bunuh diri. Namun, kematian remaja cerdas berusia 26 tahun ini tetap misterius.
Ini karena Suchir Balaji pernah membocorkan dugaan pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan raksasa AI, OpenAI dan menyebutkan kekhawatiran bahwa mereka secara ilegal menggunakan materi yang memiliki hak cipta untuk melatih teknologi mereka, termasuk ChatGPT.
Peristiwa memilukan ini telah menarik perhatian baru terhadap kritik terang-terangan Balaji terhadap kecerdasan buatan (AI) dan dilema etikanya.
Mengenal Sososk Suchir Balaji Lebih Dalam
Suchir Balaji menjadi sorotan setelah ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap AI generatif dan dugaan penyalahgunaan konten yang dilindungi, serta memperingatkan komplikasi etika dalam industri yang ia bantu bangun.
Kantor Kepala Pemeriksa Medis San Fransisco memberikan pernyataan bahwa pria keturunan India-Amerika berusia 26 tahun itu meninggal karena bunuh diri dan berdasarkan penyelidikan awal.
Sejauh ini polisi tidak menemukan adanya kecurangan.

Menariknya, pada tanggal 25 November, satu hari sebelum polisi menemukan jenazah Balaji, pengajuan pengadilan menyebut mantan karyawan OpenAI tersebut dalam gugatan hak cipta yang diajukan terhadap startup tersebut.
OpenAI kemudian setuju untuk meninjau file kustodian Balaji yang menimbulkan masalah hak cipta yang serius, lapor TechCrunch.
Suchir Balaji adalah salah satu arsitek utama di balik salah satu teknologi paling revolusioner di abad ke-21— ChatGPT.
Sebuah berita tentang DeepMind—perusahaan rintisan yang membangun AI yang mampu memainkan sendiri game klasik Atari, termasuk Space Invaders, Pong, dan Breakout—memikatnya.
“Saya pikir AI adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkan, seperti menyembuhkan penyakit dan menghentikan penuaan,” katanya kepada The New York Times dalam sebuah wawancara.
“Saya pikir kita bisa menemukan ilmuwan yang bisa membantu menyelesaikannya.”
Baca juga: Arsitek ChatGPT yang Jadi Wishtle Blower Pelanggaran Hak Cipta Ditemukan Tewas Bunuh Diri
Tragis, Sepulang dari Gaza, Tentara Israel Bunuh Diri pada Hari Pernikahannya |
![]() |
---|
Kemenkes Ungkap Efek Domino Bunuh Diri: 35 Orang Ini Bisa Terdampak Psikologis |
![]() |
---|
Bahas Perkembangan AI, Wamen Tiko: Bikin Perpres Bisa Pakai ChatGPT |
![]() |
---|
Sejarah dan Tema Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2025, Diperingati Setiap 10 September |
![]() |
---|
Sorotan Kasus Bunuh Diri Ibu-Anak di Bandung, Ansari: Kemiskinan Berpotensi Merusak Mental Manusia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.